"Mereka mengaku kerap merasakan bau mirip belerang hingga mengalami batuk, pilek dan mual akibat menghirup udara yang diduga tercemar," ucap Rahmat baru-baru ini.
Rahmat juga mengaku terjadinya pencemaran lingkungan akibat polusi udara ini sudah terjadi satu tahun dan baru terasa pada tiga bulan ini.
Dengan kondisi tersebut. Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon langsung mendatangkan pelayanan laboratorium terpadu dengan memasang alat pengukur udara di wilayah sekitar.
Kabid Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup pada DLH Kota Cilegon Thorfatul Uyun mengatakan, pemasangan alat ukur udara yang didatangkan DLH Kota Cilegon dilakukan untuk mengetahui ambang batas tingkat pencemaran udara di lokasi selama dua kali dua puluh empat jam.
"Terdapat di dua titik, untuk mengetahui tingkat kualitas udara di lokasi yang terpapar pencemaran polusi udara yang diduga dari stockpile batu bara," katanya.
DLH Kota Cilegon mengaku hanya bisa melakukan upaya tersebut lantaran stockpile batu bara di sekitar permukiman warga berada di wilayah Kabupaten Serang.
"Sehingga Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon hanya melakukan koordinasi untuk penanganannya, lantaran warga Kota Cilegon yang terdampak dan akan berkoordinasi ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Serang," tuturnya.
Editor : Iskandar Nasution