Namun, Barghouti juga mengingatkan bahwa meskipun ada sisi taktis yang terlihat menguntungkan Palestina, pemerintahan Trump juga membawa ancaman strategis yang tak kalah serius.
Ancaman bagi Palestina: Pencaplokan dan Pembersihan Etnis
Di sisi lain, ancaman besar mengintai Palestina di bawah pengaruh kelompok garis keras di kubu Trump yang cenderung mendukung tindakan ekstrem Israel. Beberapa tokoh di sekitar Trump diyakini memiliki rencana untuk memperluas pencaplokan wilayah Palestina yang diduduki Israel, semakin menyulitkan harapan mencapai solusi damai dua negara.
“Ada dorongan kuat dari pendukung Trump untuk membantu Netanyahu melancarkan rencana aneksasi wilayah Tepi Barat, yang akan memusnahkan harapan perdamaian atau solusi dua negara,” jelas Barghouti.
Selain ancaman aneksasi, ada kekhawatiran serius tentang kemungkinan berlanjutnya tindakan kekerasan terhadap warga Palestina di Gaza. Barghouti mengingatkan bahwa beberapa tokoh dalam kubu Trump sepenuhnya mendukung kebijakan keras pemerintah sayap kanan di Israel, yang sering mendapat kritik internasional.
Reaksi Presiden Mahmoud Abbas: Sikap Realistis di Tengah Situasi Sulit
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang memiliki sejarah hubungan sulit dengan Trump, menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan Trump kali ini. Abbas menegaskan komitmennya untuk bekerja sama demi mewujudkan perdamaian di Timur Tengah, meskipun masa lalu mencatat kebijakan Trump yang sangat berpihak pada Israel, termasuk pengakuan sepihak Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017 dan pemindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem setahun kemudian.
Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika 2024 membawa tantangan besar bagi Palestina dan Timur Tengah. Keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintahan AS di bawah kepemimpinannya akan menentukan arah masa depan konflik ini, dengan risiko dan harapan yang saling bersaing. Kini, Palestina harus bersiap menghadapi perubahan besar yang dapat memperburuk atau malah membuka peluang baru bagi perjuangan mereka.
Editor : Iskandar Nasution