Menurut salah seorang pecinta bubur ayam tersebut Retno Wulandari mengaku sejak dahulu dirinya dibawa orangtuanya untuk sarapan bubur di tempat ini, namun sekarang dia membawa anak-anaknya untuk makan di tempat tersebut.
Bubur Ayam Kampung Hajjah Indeung Pandeglang. Foto Lukman Firdaus
"Sejak kecil saya sudah makan bubur ini, namun sekarang saya bawa anak-anak saya makan disini," ucapnya saat berbincang-bincang di tempat jualan tersebut belum lama ini.
Menurut Retno, jika anak-anaknya sulit makan, bubur ayam ini menjadi makanan yang mudah dicerna dan dapat mengugah selera makan anak.
Sementara itu, Wati Karyawati pengelola bubur ayam itu mengisahkan bahwa dirinya merupakan generasi ketiga dari pendiri bubur ayam kampung tersebut, warung miliknya sudah buka sejak 60 tahun yang lalu.
"Sudah tiga generasi, soal cita rasa yang menjadi andalan dan tidak pernah berubah yakni potongan daging ayam kampung dan tirisan jeruk nipis menjadi ciri khas dari kuliner ini sejak pagi hingga malam hari," tuturnya.
Dengan sudah melegendanya kuliner ini, jika di hari raya banyak perantau yang sengaja makan bubur tersebut sebelum kembalu ke daerah perantauan. Dalam sehari pihak keluarga mampu menghabiskan 15 liter beras dan 2 ekor ayam kampung.
Adapun harga yang ditawarkam sangat terjangkau yakni berkisar Rp12 ribu hingga Rp25 ribu tergantung dari topping yang diinginkan. Anda penasaran dengan
Bubur Ayam Kampung Hajjah Indeung Pandeglang? tak ada salahnya untuk mencoba jika berkunjung ke Ciherang, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten ini menikmati kuliner favorit yang melegenda.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait