Ketegangan menyelimuti ruangan, menciptakan suasana dramatis yang membuat semua orang terdiam. Fakta-fakta baru yang terungkap di pengadilan semakin membingungkan. Detail mengenai bagaimana penganiayaan terjadi dinyatakan tidak sesuai dengan keterangan saksi.
Ruang sidang seolah menjadi panggung drama yang menggambarkan perjuangan Supriyani. Pihak pengadilan mengharapkan keterangan dari saksi ahli pada sidang selanjutnya, yang dijadwalkan pada 4 November 2024.
Namun, ketegangan tidak hanya berlangsung di ruang sidang. Anggota DPR, Rieke Diah Pitaloka, mengeluarkan kritik pedas terhadap pemecatan Camat Baito, Sudarsono Mangid, oleh Bupati Konawe Selatan.
Sudarsono, yang kerap mendampingi Supriyani selama proses hukum, menjadi korban dari kebijakan yang dinilai tidak adil. “Ini adalah contoh nyata dari ketidakadilan yang dialami oleh mereka yang berjuang untuk mendukung keadilan,” ungkap Rieke dengan nada penuh penekanan.
Kisah Supriyani tidak hanya menyentuh hati banyak orang; ia mencerminkan ketidakadilan yang lebih luas dalam sistem pendidikan. Kasus ini adalah pengingat bahwa di balik setiap guru, ada jiwa yang berjuang untuk mencerdaskan bangsa. Masyarakat berharap agar proses hukum ini berjalan dengan transparan dan adil, demi keadilan bagi Supriyani dan semua pendidik yang berjuang dalam kondisi serupa.
Editor : Iskandar Nasution