get app
inews
Aa Text
Read Next : Berlaku Mulai Sekarang! SIM di Lebak Wajib Punya BPJS Kesehatan Aktif

Kecewa Berat! Kisah Korban Pelecehan Seksual di Lebak yang Viral di Medsos: Keadilan Tak Lagi Ada!

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:36 WIB
header img
Kisah YI, korban dugaan pelecehan seksual di Lebak, Banten mengungkapkan kekecewaan terhadap proses hukum di Polres Lebak yang tidak berpihak pada korban. Foto Ilustrasi /Freepik

LEBAK, iNewsPandeglang.id YI, seorang korban dugaan pelecehan seksual, mengungkapkan pengalaman mengecewakan yang dialaminya selama proses penyidikan di Polres Lebak. Kisahnya yang viral di media sosial menarik perhatian publik, terutama setelah ia mengklaim bahwa upayanya untuk mendapatkan keadilan justru terhambat oleh oknum anggota PPA.

Kronologi kejadian dimulai pada 22 Juli 2024, ketika YI melaporkan kasus dugaan kekerasan seksual kepada PPA Polres Lebak. Meskipun kondisinya memburuk akibat luka di kakinya, ia  merasa suaranya diabaikan. "Saya merasa terintimidasi dan dikhianati," ungkapnya mengenang kejadian itu.

Pada 24 Juli 2024, YI diundang untuk bertemu dengan Kanit T. Namun, ia merasa pertemuan itu tidak berfokus pada kasusnya, karena ia disudutkan dengan pertanyaan mengenai narkoba. "Saya ditanyai soal narkoba, padahal itu sama sekali tidak berkaitan dengan kasus saya," ujarnya dengan nada kecewa.


Dugaan pelecehan seksual yang dialami YI di Lebak. Banten. Foto tangkapan layar video viral

Korban merasa semakin tertekan ketika Kanit T meminta ponselnya untuk diperiksa, disertai ancaman penahanan jika hasil tes urine menunjukkan positif. Namun, hasil tes urine menunjukkan bahwa ia tidak terbukti menggunakan narkoba.

Pada 31 Agustus 2024, YI kembali dipanggil ke Unit PPA Polres Lebak untuk memberikan klarifikasi. Namun, ia merasa penjelasannya selalu terpotong oleh Kanit T. "Setiap kali saya ingin menjelaskan, mereka selalu memotong," keluhnya.

Meskipun merasa diintimidasi dan ditekan, korban tetap bertekad melanjutkan proses hukum dan menuntut keadilan. "Saya tidak akan berdamai dengan pelaku. Ini adalah perjuangan untuk semua korban," tegasnya.

Puncak kekecewaan terjadi pada 11 September 2024, saat pertemuan dengan Ibu A dan N berakhir dengan rasa frustrasi. "Mereka seolah tidak mendengarkan saya. Rasanya, keadilan tak lagi ada," ujarnya.

Korban berharap pihak berwenang dapat memberikan perhatian serius terhadap kasusnya dan memastikan agar perlakuan serupa tidak terulang pada korban lain. "Saya hanya ingin suara saya didengar dan keadilan ditegakkan," ucapnya.

Editor : Iskandar Nasution

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut