LEBAK, iNewsPandeglang.Id - Orang tua mana yang hatinya tidak hancur menghadapi kenyataan nasib putri yang dikasihinya dipaksa pria tak bertanggung-jawab untuk menjadi pemuas syahwatnya. Inilah yang dirasakan SR, ibu dari SS, santri cantik asal Lebak, Banten yang baru-baru ini berkirim surat kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Sebagai ibu, SR merasakan kepedihan putrinya yang teramat dalam. Di usianya yang masih remaja, seharusnya sang putri merasakan kegembiraan selayaknya teman-teman sebayanya, namun yang terjadi sebaliknya, putrinya didera trauma dan beban psikis berkepanjangan, terlebih kekerasan seksual itu diakui SR justru dilakukan oleh orang yang tak lain kerabat mereka sendiri.
Sebagai orangtua, ibu dari SS mengaku benar-benar merasa terpukul atas peristiwa yang menimpa SS. Apalagi dengan perisitwa naas yang dihadapi putrinya itu, SS tidak bisa lagi masuk ke pondok pesantren. “Anak saya tak bisa lagi “Nyantri”. Jiwa keluarga kami hancur lebur. Masa depan anak kami semakin buram,” tutur SR tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
Karena kondisi ekonomi, SR memang tidak mampu menyekolahkan putrinya, sejak lulus SD, ia hanya bisa menitipkan putrinya ke pondok pesantren salafi, hanya itu yang bisa ia lakukan terlebih ayah SS telah lama meninggal dunia. “Kami dari keluarga miskin, putri saya sudah yatim sejak kecil, saya pun hanya bisa memasukkan putri saya di pesantren sejak lulus SD,” tutur SR, ibu kandung SS.
Hati SR benar-benar hancur, ia menjerit manakala mendengar pengakuan pertama kali dari putrinya mengenai kekerasan seksual yang dialaminya, terlebih pelaku diakui SR adalah orang yang seharusnya memberikan perlindungan kepada putrinya yang seorang yatim.
Editor : Iskandar Nasution