Arief menjelaskan, kedelai yang didatangkan dari luar tersebut sangat dibutuhkan dan ditunggu para pelaku usaha, utamanya para pengrajin tahu dan tempe. Pasalnya, produksi kedelai nasional masih belum dapat memenuhi seluruh permintaan dalam negeri. Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan yang dihimpun NFA, produksi kedelai dalam negeri tahun 2023 diperkirakan 289 ribu ton, sementara kebutuhan kedelai nasional sekitar 248 ribu ton per bulan.
“Kedatangan kedelai dari luar ini bukan berarti menunjukan kita pro import. NFA bersama Kemendag, Bulog, serta Asosiasi telah sepakat meprioritaskan pemenuhan kebutuhan harus dari dalam negeri. Kondisinya sekarang produksi dalam negeri masih belum mencukupi, maka pemerintah harus menyiapkan solusinya. Memang masih ada beberapa komoditas pangan yang bergatung pada impor karena kebutuhan masih lebih tinggi dibanding produksi dalam negeri, salah satunya kedelai,” ungkapnya.
Selanjutnya Arief mengatakan, kedelai tersebut akan dijual dengan harga Rp 12.000 per kg sehingga tidak memberatkan para pelaku usaha. Harga tersebut juga mengacu kepada Harga Acuan Penjualan (HAP) kedelai di tingkat konsumen sesuai dengan Peraturan Badan Pangan (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2022. Dalam Perbadan tersebut ditetapkan HAP kedelai di tingkat konsumen Rp 11.400 per kg untuk kedelai lokal dan Rp 12.000 per kg untuk kedelai impor.
“Kedelai tersebut akan dijual sesuai HAP kepada para pengrajin tahu dan tempe sebagai konsumen utama dan terbesar kedelai. Dengan masuknya kedelai yang baru tiba ini harganya sudah Rp 12.000 per kg, ” ujarnya.
Ketersediaan komoditas kedelai dengan harga terjangkau ini juga diharapkan menjaga stabilitas harga pangan berbahan dasar kedelai, seperti tahu dan tempe yang banyak dikonsumsi masyarakat. “Hal ini bagian dari upaya menjaga daya beli masyarakat sebagai bagian dari pengendalian inflasi. Pada Desember 2022 ini inflasi kita secara tahunan (yoy) mencapai 5,51 persen, komoditas kedelai tidak masuk dalam daftar penyumbang utama inflasi bulanan namun demikian kita harus jaga hargannya tetap stabil,” ujarnya.
Arief menambahkan, kedepannya NFA akan terus mendorong kebijakan pembenahan tata kelola kedelai Nasional. Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden RI dalam Rapat Terbatas (Ratas) Peningkatan Produktivitas Kedelai tahun 2022 lalu. Persiden berpesan agar ketersediaan dan stabilitas harga kedelai menjadi prioritas.
“Indonesia harus mampu meningkatkan produksi kedelainya sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap import. NFA telah menyiapkan skema tata kelola kedelai nasional, salah satunya melalui penetapan harga acuan pembelian kedelai lokal Rp 10.775 per kg di tingkat produsen. Penetapan harga acuan kedelai tersebut diharapkan mampu memacu petani untuk lebih semangat bertanam kedelai, sehingga dapat meningkatkan produksi dalam negeri,” ujarnya.
Selain itu, tambahnya, melalui kebijakan Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) sesuai Perpres Nomor 125 tahun 2022, kedelai bersama beras dan jagung menjadi bagian dalam penyelenggaraan CPP tahap pertama yang dijalankan Bulog. “Untuk pemenuhan CPP tahap pertama, Bulog kita tugaskan meningkatkan stok Cadangan Kedelai Pemerintah (CKP) salah satunya dengan aktif menyerap kedelai lokal dari para petani,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam kesempatan yang sama mengatakan, masuknya kedelai sebanyak 56 ribu ton dapat menurunkan harga kedelai dalam waktu dekat. "Beberapa bulan terakhir harga kedelai termasuk tinggi dan menjadi keluhan pengusaha tahu dan tempe. Dengan masuknya kedelai 56 ribu ton ini sekarang harga kedelai menjadi Rp 12.000 per kg," ujarnya.
Editor : Iskandar Nasution