JAKARTA, iNewsPandeglang.id - Presiden Jokowi tengah merancang strategi untuk meredam dampak ekonomi Indonesia akibat konflik antara Iran dan Israel. Langkah-langkah tersebut disampaikan dalam Rapat Terbatas baru-baru ini yang melibatkan dengan sejumlah menteri, termasuk Menko Perekonomian dan Gubernur Bank Indonesia, untuk membahas langkah-langkah konkret.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa dalam rapat tersebut, Presiden Jokowi menyoroti pentingnya deeskalasi untuk mengurangi ketegangan antara kedua negara.
Airlangga juga menjelaskan bahwa dampak ekonomi dari konflik tersebut adalah
lonjakan harga minyak, yang dipicu oleh serangan Israel ke Iran di kedutaan Damaskus dan retaliasi yang dilakukan oleh Iran.
"Sektor riil dampak depresiasi nilai tukar dan kenaikan ini salah satu yang dilihat dan tentu sangat berpengaruh terhadap impor dan efek eksportir mendapatkan devisa lebih banyak. Tentu plus minus harus diperhatikan," ucap Airlangga dikutip dari iNews.id.
Strategi tersebut mencakup kebijakan bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, mengawasi APBN, dan memantau kenaikan harga logistik dan minyak. Pemerintah juga menyoroti dampaknya pada sektor riil, terutama terkait impor dan ekspor.
Selain itu, pemerintah berkomitmen untuk melanjutkan reformasi struktural, menjaga kepercayaan investor, dan meningkatkan daya saing serta menarik investasi jangka panjang ke Indonesia. Semua skenario telah dibahas untuk memastikan agar defisit tetap berada dalam rentang yang diizinkan oleh undang-undang.
Dia juga menekankan pentingnya menjaga jalur perairan strategis seperti Selat Hormuz dan Laut Merah, di mana ribuan kapal minyak melintas setiap harinya.
Meskipun fundamental perekonomian Indonesia masih solid, dengan pertumbuhan sekitar 5 persen, inflasi rendah, dan surplus neraca perdagangan, namun ketidakpastian akibat eskalasi konflik dapat meningkatkan risiko.
Airlangga juga mengungkapkan bahwa ada kecenderungan investor untuk beralih ke aset safe haven seperti emas, dolar AS, dan nikel, yang dapat memengaruhi pasar keuangan Indonesia. "Tentunya nanti berbagai skenario telah dibahas untuk menjaga agar defisit berada di rentang yang diperbolehkan undang-undang," katanya.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait