Tradisi babacakan bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk saling berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat hubungan sosial. Dengan begitu, kegiatan ini tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan di antara sesama warga.
"Babacakan telah menjadi rutinitas tahunan bagi masyarakat Menes. Selain sebagai ajang silaturahmi, acara ini juga diisi dengan pembacaan doa dan nasihat-nasihat keagamaan yang memberi inspirasi dan semangat menjelang bulan suci Ramadan," katanya.
Sementara Camat Menes, Haria Abdul, menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi babacakan ini. Beliau mengatakan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekedar tradisi, tetapi juga simbol kebersamaan dan keharmonisan masyarakat yang harus dijaga dengan baik.
Menurutnya, babacakan tidak hanya sekadar acara makan bersama, tetapi juga merupakan momen untuk menyampaikan doa-doa serta nasihat-nasihat keagamaan yang memperkaya makna Ramadan bagi setiap individu yang hadir. Selain itu, tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi yang mempererat hubungan antarwarga dan memperkuat keharmonisan dalam masyarakat.
"Babacakan tidak hanya tentang makan bersama, tetapi juga tentang memperkuat ikatan sosial dan spiritual antarwarga. Di tengah kesibukan keseharian, tradisi ini menjadi momen istimewa untuk berkumpul, berbagi cerita, serta saling menguatkan dalam menjalani ibadah Ramadan," ujarnya.
Dengan begitu, tradisi babacakan di Menes, Pandeglang, Banten, menjadi salah satu contoh bagaimana masyarakat Indonesia merayakan kehadiran bulan Ramadan dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan, serta menjaga kekayaan budaya lokal yang turun-temurun.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait