PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - Setiap tanggal 10 Muharram, ibu-ibu di Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, Banten, dengan antusias dan semangat tinggi membuat Bubur Asyura atau yang lebih dikenal dengan Bubur Suro. Tradisi ini telah menjadi acara tahunan yang rutin dilakukan dan berhasil menarik hampir 800 peserta serta ribuan wisatawan.
Gebyar pembuatan Bubur Asyura ini bertujuan untuk mempertahankan tradisi leluhur. Bubur yang dibuat ini biasanya disajikan saat memasuki Tahun Baru Islam atau tanggal sepuluh Muharam. Warga kerap membuat bubur ini dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada tetangga dan kerabat.
Bubur Suro terbuat dari beras yang dimasak dengan berbagai bumbu dan rempah tradisional seperti santan, serai, dan daun salam. Yang membuatnya unik adalah adanya tujuh jenis kacang-kacangan dalam sepiring bubur, sebagai simbol doa agar selalu diberikan keberkahan dan kelancaran dalam hidup.
Suraiyah, salah seorang warga, menjelaskan bahwa tradisi Bubur Asyura ini berasal dari kisah Nabi Nuh yang terdampak banjir besar sehingga stok makanan di kapal diolah menjadi bubur.
"Tradisi Bubur Asyura atau Bubur Suro ini memang diangkat dari kisah Nabi Nuh yang terdampak banjir besar. Menurut cerita, ketika kapal Nabi Nuh mendarat setelah banjir surut, sisa stok makanan yang ada di kapal dicampur menjadi satu dan dimasak menjadi bubur untuk bertahan hidup," kata Suraiyah baru-baru inim
Editor : Iskandar Nasution