Tradisi salam tempel terus berkembang seiring berjalannya waktu. Kegiatan membagi-bagikan uang saat hari raya memang tidak hanya terbatas pada anggota keluarga, tetapi juga mulai diperluas kepada kerabat dan orang-orang yang membutuhkan.
Awalnya dimulai sebagai bagian dari perayaan keagamaan, tradisi ini kemudian berkembang menjadi simbol kemurahan hati dan solidaritas dalam masyarakat. Dengan memperluas lingkup penerima manfaatnya, tradisi ini menjadi sarana untuk mempererat hubungan antarindividu dalam masyarakat dan memberikan kontribusi positif dalam membangun kebersamaan dan persatuan.Tradisi ini tidak hanya memperkaya budaya Indonesia, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antarindividu dalam masyarakat.
Selain itu, tradisi ini juga berkaitan dengan tradisi Tionghoa yang dikenal sebagai "angpao" (hóngbāo), yaitu bingkisan dalam amplop merah yang berisi sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru Imlek atau perayaan lainnya.
Angpao muncul pada berbagai acara pertemuan masyarakat atau keluarga, seperti pernikahan, ulang tahun, atau tahun baru Imlek, dengan harapan keberuntungan dan energi positif. Tradisi salam tempel tidak hanya sekadar memberikan uang, tetapi juga mengandung filosofi di dalamnya. Bagi banyak orang tua, memberikan anak uang tunai adalah cara yang menyenangkan untuk memperkenalkan pendidikan keuangan dan tanggung jawab kepada mereka, serta memberikan kebebasan untuk memilih bagaimana mereka ingin membelanjakan atau menyimpan uang tersebut.
Secara keseluruhan, tradisi salam tempel saat Lebaran memiliki akar budaya yang dalam dan mengandung nilai-nilai kebaikan, kebahagiaan, dan kedermawanan yang telah terus diteruskan dari generasi ke generasi di masyarakat Indonesia.
Editor : Iskandar Nasution