JAMBI, iNewsPandeglang.id - Menonton film Budi Pekerti/Andragogy (2023) semakin membuka wawasan tentang bagaimana mudahnya netizen terprovokasi di dunia maya. Bahwa sebuah miskomunikasi personal dapat berkembang menjadi sebuah masalah sosial dan pihak yang tidak terlibat secara sukarela melibatkan diri menghakimi pihak yang dianggap bersalah.
Mahasiswa S3 Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Universitas Airlangga (UNAIR), Helena Oktavianne, menjelaskan, bagi orang yang mengalami fitnah di dunia maya karena hoax yang beredar, akan mengalami dampak psikologis yang serius seperti depresi, kecemasan, stres, merasa tidak berdaya, bahkan indikasi untuk melakukan bunuh diri. Dikarenakan korban fitnah hoax menjadi rentan terhadap tindakan kekerasan online atau cyberbullying.
Cyberbullying bisa dibilang merupakan perilaku yang disengaja untuk menyakiti orang yang dianggap 'bersalah'. Padahal bisa jadi 'bersalahnya' orang tersebut karena by design. Apalagi memang ada pihak yang sengaja memproduksi hoax demi keuntungan pribadi atau kelompoknya. Cirinya adalah muatan konten yang tidak berimbang.
Bijak bermedia sosial dan mau mencari tahu duduk perkara yang sebenarnya adalah salah satu cara agar tidak ikut terprovokasi berita-berita yang belum tentu benar secara fakta dan kejadian. Namun memang sulit untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab saat ini mungkin karena mayoritas sudah terbiasa ikut arus dan enggan 'buang-buang waktu' mengedukasi diri sendiri.
Namun tetap berharap masih ada netizen yang mau mencari kejelasan dari setiap berita sehingga bijaksana dalam memberikan ulasan atau komentar di media sosial atau media manapun.
Editor : Iskandar Nasution