PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - Tradisi Munggahan adalah tradisi masyarakat Sunda yang dilakukan menjelang bulan suci Ramadan. Munggahan berasal dari kata "Munggah" yang berarti berjalan, naik, atau keluar dari kebiasaan kehidupan sehari-hari.
Munggahan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sunda menjelang bulan suci Ramadan. Tradisi ini berasal dari kata "Munggah" yang artinya berjalan, naik, atau keluar dari kebiasaan kehidupan sehari-hari. Munggahan dilakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan dengan keluar dari rutinitas sehari-hari dan mempersiapkan diri secara spiritual.
Tradisi Munggahan Puasa Ramadan dilakukan oleh masyarakat Islam suku Sunda sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadan. Berikut adalah beberapa hal yang biasanya dilakukan dalam tradisi Munggahan:
1. Bepergian ke tempat wisata
Masyarakat sering kali mengadakan perjalanan ke tempat-tempat wisata sebagai bentuk mengisi waktu sebelum memasuki bulan Ramadan.
2. Membersihkan makam keluarga
Salah satu kegiatan penting dalam Munggahan adalah membersihkan dan merawat makam keluarga sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
3. Membersihkan seluruh anggota badan
Masyarakat melakukan ritual keramas sebagai bagian dari persiapan menyambut Ramadan, mengikuti sunnah Rasulullah SAW untuk membersihkan diri.
4. Meminta maaf
Tradisi ini juga mencakup saling memaafkan antara sesama, termasuk meminta maaf kepada orangtua, teman, sahabat, dan kerabat sebagai bentuk persiapan spiritual menjelang Ramadan.
Selain itu, Munggahan juga bisa menjadi waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama, serta saling berdoa bersama untuk memohon keselamatan dan berkah di bulan Ramadan yang akan datang. Tradisi ini memperkuat hubungan sosial dan spiritual di antara anggota masyarakat.
Tradisi Munggahan biasanya dilakukan pada akhir bulan Sya'ban, sekitar satu atau dua hari sebelum Ramadan dimulai. Selain itu, Munggahan juga menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama, serta saling bermaafan dan berdoa bersama.
Seperti diberitakan sebelumnya, Tradisi "babacakan" yang dilakukan oleh warga Menes, Pandeglang, Banten, menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya lokal mereka dalam menyambut bulan suci Ramadan. Dalam tradisi ini, ratusan warga berkumpul untuk menjalani makan bersama dan berbagai kegiatan yang memperkuat ikatan sosial dan spiritual di antara mereka.
Pada Kamis (7/3/2024), pantauan di lokasi menunjukkan bahwa ratusan warga dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak sekolah dan tokoh masyarakat, berkumpul di Jalan Alun-Alun Menes untuk berpartisipasi dalam acara makan bersama atau babacakan. Tradisi ini menjadi momen yang dinantikan untuk mempererat tali persaudaraan dan menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh kegembiraan.
Agustina, salah satu warga yang turut serta dalam acara babacakan, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut telah menjadi rutinitas dalam menyambut bulan suci Ramadan. Selain sebagai bagian dari persiapan menyambut Ramadan, babacakan juga menjadi momen penting untuk menjalin silaturahmi di antara masyarakat setempat.
Tradisi babacakan tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk saling berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat hubungan sosial. Dengan begitu, kegiatan ini tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan di antara sesama warga.
"Babacakan telah menjadi rutinitas tahunan bagi masyarakat Menes. Selain sebagai ajang silaturahmi, acara ini juga diisi dengan pembacaan doa dan nasihat-nasihat keagamaan yang memberi inspirasi dan semangat menjelang bulan suci Ramadan," ujar Agustina.
Editor : Iskandar Nasution