Israel telah berjanji untuk melenyapkan Hamas sebagai respons atas serangan itu. Militer zionis pun nyaris tanpa henti melancarakan serangan ke Gaza sejak itu, termasuk pemboman udara besar-besaran. Kampanye militer tersebut telah menewaskan 20.424 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Paus Fransiskus memulai perayaan Natal global pada Minggu (24/12/2023) dengan seruan perdamaian.
“Hati kami tertuju ke Gaza, kepada semua orang di Gaza, namun perhatian khusus kami tertuju kepada komunitas Kristen di Gaza yang sedang menderita,” kata pemimpin tertinggi Katolik itu.
Menjelang Natal, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan, sedikitnya 70 orang gugur akibat serangan udara Israel pada Minggu di kamp pengungsi al-Maghazi di Gaza Tengah.
“Jumlah korban kemungkinan akan bertambah,” ucap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Ashraf al-Qudra.
Sebagian besar wilayah Gaza kini sudah menjadi puing-puing. Sebanyak 2,4 juta penduduknya menderita kekurangan air, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan akibat pengepungan Israel. Kini, mereka harus bergantung pada kedatangan truk bantuan yang jumlahnya pun amat terbatas.
Menurut PBB, 80 persen warga Gaza telah mengungsi. Banyak yang mengungsi ke selatan dan sekarang berlindung dari dinginnya musim dingin di tenda-tenda darurat.
Kepala Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Filippo Grandi, menyerukan agar penderitaan warga Gaza segera diakhiri. “Gencatan senjata kemanusiaan di Gaza adalah satu-satunya jalan ke depan,” cuitnya di platform media sosial X (sebelumnya Twitter).
Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga mengulangi seruannya untuk gencatan senjata di Gaza. “Kehancuran sistem kesehatan Gaza adalah sebuah tragedi,” tuturnya.
Editor : Iskandar Nasution