Begini Fakta Pertempuran 1926 Ulama Banten di Jembatan Cisanggoma Labuan, Pemberontakan Komunis!
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/09/29/ac16b_jembatan-cisanggoma.jpg)
Padahal faktanya lanjut dia, dengan pimpinannya adalah para ulama dan kyai Haji. Maka disebutlah “Haji-Haji Pemberontak” kesannya orang alim, orang suci, namun memberontak dan radikal. Seharusnya julukan pemberontak itu tidak tepat, tapi perlawanan atau perjuangan rakyat Banten dalam melawan penjajah Belanda yang kejam, menindas, kemerdekaan dan kedaulatan rakyat.
Kala itu terjadi peperangan di Jembatan Cisanggoma, Labuan, Caringin, Pandeglang, seharusnya disebut dengan “Perang Cisanggoma 1926” di mana terjadi pertempuran antara pasukan Laskar Mujahidin dan pasukan kompeni Belanda. Laskar Mujahidin dibentuk dengan pimpinannya adalah Syekh Asnawi dan panglimanya adalah K.H.Tb. Achmad Chatib serta wakilnya K.H. Moekri Karabohong. Sementara Ki Emed Abdul Hadi sebagai seksi Logistik.
Pertempuran menghabiskan waktu hingga dua hari dua malam, banyak yang gugur di kedua belah pihak dan para pejuang dikubur di bawah jembatan Cisanggoma. Di bawah Jembatan Cisanggoma itu adalah kuburan para syuhada termasuk yang disebut makam komunis adalah makam para syuhada. Namun Belanda, memberi nama makam komunis. Sedangkan makam tentara Belanda terpisah.
"Belanda menangkapi para ulama Syarikat Islam. Jadi dalam literasi keluarga kami tidak ada sebutan ulama PKI, hanya sejarawan Indonesia yang baru lulus sekolah di Belanda yang bilang para syuhada kita itu PKI !." tulisnya.
Editor : Iskandar Nasution