LEBAK, iNewsPandeglang.id - Jalur Kereta Api Rangkasbitung Labuan dibangun sejak zaman kolonial tentu ini jadi kisah legenda masyarakat di Banten. Jalur tersebut merupakan jalur yang menghubungkan Stasiun Labuan dengan Rangkasbitung yang termasuk dalam wilayah aset I Jakarta.
Mengutip wikipedia jalur tersebut dibangun pada 1908 namun lantaran kalah bersaing dengan moda tranfortasi massal lainnya akhirnya ditutup pada 1984. Diketahui jalur sepanjang 56 kilometer itu memiliki percabangan ke arah Bayah, Lebak Selatan.
Saat itu dimulainya pembangunan jalur kereta api Labuan Rangkasbetung (nama lama Rangkasbitung) usai diterbitkannya Wet 31 December 1902 Staatblad 1903 No. 17 oleh pemerintah kolonial kemudian beroperasi pada pertengahan tahun 1906.
Waktu terus berlanjut hingga akhirnya dua puluh tahun kemudian jalur ini mengalami kemajuan cukup ramai dengan perjalanan kereta penumpang dan barang sebanyak 5 kali pergi pulang sehari. Dengan komposisi kereta penumpang kelas II, kelas III, dan kereta khusus untuk inlanders (warga pribumi). Kereta api pertama berangkat sekitar pukul 05.13 dari Labuan dan tiba sekitar pukul 07.51 pagi di Rangkasbitung. Kereta api terakhir berangkat dari Rangkasbitung sekitar pukul 4 sore dan tiba senja hari, 18.24 di Labuan.
"Saya Ngalamin kereta jus...jus ini, asap hitamnya kalo pulang sewaktu dari arah Jakarta lubang hidung kalo dikorek sama tangan pada hitam begitu juga kuping," cetus Tokoh Lebak Elly Djuhaedi baru-baru ini.
Menurut dia, selain jalur tersebut ke Anyer, ke Merak pun sama penumpang manusia bercampur dengan hewan.
"Sami mawon ke Anyer, ke Merak pun sama penumpang manusia campur aduk dengan kambing, ayam, itik/ bebek bermacam-macem bau yang menyengat. Itu kisah dulu berbeda dengan sekarang," tuturnya.
Editor : Iskandar Nasution