JAKARTA, iNewsPandeglang.id – Gangguan mental bisa terjadi pada siapa saja dan usia berapa saja. Kesehatan mental sendiri adalah Kesehatan yang sangat berkaitan dengan suasana hati, pikiran, dan prilaku. Jika ada masalah dari salah satu aspek tersebut, maka bisa dikatakan bahwa seseorang mengalami gangguan mental yang menyebabkan orang tersebut tidak bisa menjalani harinya secara normal atau hari-harinya merasa terganggu.
Kesehatan mental pada anak perlu dipupuk sejak dini. Hal ini bertujuan demi menghindari gangguan kejiwaan. Hal tersebut disampaikan oleh Ike Suharjo, Juru Bicara Nasional DPP Partai Perindo. Dia menyoroti bahwa gangguan jiwa bisa terjadi tanpa disadari. Fatalnya jika dibiarkan bisa mengganggu kesehatan tubuh dan memengaruhi kondisi mental seseorang.
"Sudah seharusnya wawasan (mentalness) terkait mental health ini dikenalkan sejak dini, mulai dari waktu sekolah di masa pubertas," kata Ike Suharjo, Juru Bicara Nasional DPP Partai Perindo dalam podcast Aksi Nyata Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental, di YouTube Partai Perindo, Minggu (16/10/2022) "Kalau bicarakan soal mental health itu akan berimbas kepada fisik. Pikiran juga nyambung dengan mental health, jadi kalau mental health bermasalah otomatis akan fisik berimbas," katanya
Dalam penjelasannya, mental health terbagi dua yaitu psikotik dan non psikotik. Menurutnya seseorang dengan gangguan dalam pikiran, tidak membedakan mana realita dan bukan. Sementara non-psikotik adalah gangguan mental yang bisa menyebabkan seseorang cemas berlebihan. Akibatnya bisa memengaruhi kepribadian seseorang, seperti anti sosial.
"Apa itu skotik? dia merasa individu mengalami hidup dia tidak bis membedakan apa itu realita seperti alami halusinasi dan depresi. Non sikotik, apa yang seharusnya tidak masuk dalam pikirannya, tapi dipikirkan," kata Ike "Ini menimbulkan depresi atau gangguan kecemasan berlebihan terus gangguan kepribadian anti sosial sampai fobia," ujarnya Sekadar informasi, dalam diagnosis gangguan psikotik, dokter akan mengambil riwayat medis dan kejiwaan dan mungkin melakukan pemeriksaan fisik singkat. Orang tersebut mungkin mendapatkan tes darah dan terkadang pencitraan otak (seperti pemindaian MRI), untuk menyingkirkan penyakit fisik atau penggunaan narkoba seperti kokain atau LSD.
Editor : Iskandar Nasution