ANKARA, iNewsPandeglang.id - Turki marah dan mengecam keras serangan udara jet-jet tempur Israel di Gaza, Palestina,sejak Jumat. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mendukung militer Zionis.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan pihaknya sangat mengecam serangan udara Israel, menyerukan pengekangan dan penggunaan akal sehat sambil menekankan perlunya untuk segera mengakhiri peristiwa ini sebelum berubah menjadi konflik baru.
“Kami merasa tidak dapat diterima bahwa warga sipil, termasuk anak-anak, kehilangan nyawa mereka dalam serangan,” kata kementerian tersebut.
"Kami sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan di kawasan itu setelah serangan," lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (6/8/2022).
Komentar itu muncul setelah Israel membuka serangan baru di Gaza pada Jumat yang diberi nama "Operation Breaking Dawn", yang dimulai dengan serangan udara di sebuah gedung apartemen.
Serangan itu, menurut militer Israel, telah menewaskan 15 orang termasuk seorang komandan senior Jihad Islam Palestina (PIJ)--sebuah kelompok militan yang berbasis di Gaza.
Militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan hingga 20 milisi PIJ tambahan. Sedangkan pihak berwenang Palestina melaporkan setidaknya 10 non-kombatan tewas, termasuk seorang anak perempuan berusia lima tahun.
Pada Sabtu dini hari, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka membom situs PIJ lain di Gaza yang digunakan untuk produksi bahan peledak, serta beberapa peluncur roket PIJ. IDF telah berbagi rekaman dari beberapa serangan mendadaknya.
Menjelang panggilan telepon antara Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dan mitranya dari Amerika, Lloyd Austin, utusan Washington untuk Israel, Tom Nides, mengatakan; "Amerika Serikat sangat percaya bahwa Israel memiliki hak untuk melindungi dirinya sendiri.” PBB menyuarakan keprihatinan mendalam atas permusuhan baru, memicu kemarahan dari duta besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, yang mengecam badan internasional itu karena membuat "perbandingan amoral palsu" antara pasukan Israel dan apa yang dia sebut "teroris" Palestina.
Editor : Iskandar Nasution