PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id – Kabar membanggakan datang dari pelosok Cibaliung, Pandeglang, Banten. Muhammad Yani, pemuda asal daerah ini, diterima di Harvard University, salah satu kampus paling bergengsi di dunia. Siapa sangka, Yani adalah anak dari seorang pedagang nasi goreng bernama Androni.
Setiap hari, Androni dan istrinya berjualan nasi goreng di pinggir jalan demi menyambung hidup. Meski hanya lulusan sekolah dasar, mereka membesarkan empat anak dengan penuh perjuangan.
Androni, ayah Muhammad Yani, saat diwawancarai iNews menceritakan perjuangannya membesarkan anak-anak dengan berjualan nasi goreng demi pendidikan, termasuk untuk Yani yang kini diterima di Harvard University. (Foto : Iskandar Nasution)
“Saya dan istri pernah tidur di emperan toko karena tak mampu bayar kontrakan. Tapi kami selalu bilang ke anak-anak, jangan pernah berhenti bermimpi,” ungkap Androni.
Androni menceritakan perjuangannya selama bertahun-tahun untuk menghidupi keluarga. “Saya sudah jualan nasi goreng dari tahun 2004, keliling, demi menghidupi empat orang anak. Yani anak kedua. Kami sempat ngontrak selama tujuh tahun di depan BNI Pasar Cibaliung. Waktu itu susah, belum kenal siapa-siapa, anak sudah sekolah, tapi enggak ada uang jajan. Saya sampai mulung, ngambil botol, kardus demi anak-anak bisa sekolah,” kenangnya.
“Pernah juga enggak bisa bayar kontrakan. Tapi saya terus usaha. Walaupun enggak punya rumah, enggak punya apa-apa, tapi alhamdulillah anak bisa sekolah sampai diterima di Harvard,” tambahnya.
Kini, mimpi keluarga ini menjadi kenyataan. Muhammad Yani akan melanjutkan studi S2 di Harvard Graduate School of Education, jurusan Human Development and Education. Sebelum ke Harvard, Yani juga terpilih mengikuti program YSEALI di Northern Arizona University.
Dalam wawancara eksklusif dengan iNews, Yani mengungkapkan rasa syukurnya. “Sekarang saya dinyatakan lolos di Harvard University untuk menempuh studi S2, didanai penuh oleh LPDP Scholarship dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia,” ujar Yani.
“Sebagai anak desa, anak petani, sekaligus anak pedagang nasi goreng, perjuangan ini tentu tak mudah. Saya bisa sampai di titik ini karena doa dan dukungan luar biasa dari ibu, bapak, keluarga, teman, serta seluruh masyarakat yang telah mendoakan saya,” lanjutnya.
Yani juga berbagi kiat suksesnya diterima di Harvard “Saya mempersiapkan semua aplikasi sebaik mungkin, termasuk meraih skor IELTS 7,5 dan menulis esai tentang alasan memilih Harvard. Saya juga aktif dalam organisasi, perlombaan, dan kegiatan sosial sejak kuliah di Universitas Udayana,” ungkapnya.
“Saya berharap apa yang saya pelajari nanti bisa saya bawa pulang, untuk berkontribusi bagi Indonesia, khususnya anak-anak di pelosok Cibaliung yang seperti saya, pernah bermimpi tapi tidak tahu harus mulai dari mana,” tutup Yani.
Tak hanya berprestasi di bidang akademik, Yani juga aktif dalam kegiatan sosial. Ia mendirikan Leuweung Hub Foundation, yang membantu ratusan pelajar desa mendapatkan beasiswa. Ia juga memimpin Duta Inisiatif Indonesia yang telah menjangkau lebih dari 41.000 pemuda di berbagai wilayah.
Perjalanan Yani adalah bukti bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih mimpi besar. Dari gerobak nasi goreng di ujung Pandeglang, ia kini melangkah ke ruang kuliah Harvard di Amerika Serikat.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait