Fenomena TKI dari Lebak: Mengapa Wanasalam dan Cijaku Jadi Penyumbang Terbanyak?

Epul Galih
Perjuangan panjang para pekerja migran Indonesia, yang berangkat demi meningkatkan ekonomi keluarga, dimulai dari proses verifikasi dan pelatihan resmi. (Foto : Ilustrasi/okezone)

LEBAK, iNewsPandeglang.id - Bekerja di luar negeri menjadi pilihan bagi banyak warga Kabupaten Lebak, Banten terutama dari Kecamatan Wanasalam dan Cijaku. Mereka berharap mendapatkan penghasilan lebih baik untuk meningkatkan taraf hidup keluarga.

Namun, di balik harapan itu, ada pengorbanan besar yang harus mereka hadapi. Banyak yang harus meninggalkan anak-anak mereka sejak kecil, merelakan momen berharga seperti ulang tahun, kelulusan, atau sekadar makan bersama di rumah. Tidak sedikit ibu yang harus menahan air mata saat berpamitan di bandara, berharap bisa pulang dengan membawa perubahan bagi keluarga mereka.

Sementara itu, bagi anak-anak yang ditinggalkan, rindu menjadi bagian dari keseharian. Ada yang tumbuh tanpa kehangatan pelukan ibu, ada yang hanya mengenal sosok ayah lewat panggilan video. Bagi mereka, kalender bukan hanya sekadar penanda waktu, tetapi juga alat untuk menghitung hari kepulangan orang tua yang mereka rindukan.

Di balik fenomena ini, kecamatan Wanasalam dan Cijaku menjadi penyumbang terbanyak pengiriman pekerja migran dari Kabupaten Lebak. Di Wanasalam, tercatat ada 25 orang yang berangkat bekerja ke luar negeri, sementara Cijaku mengirimkan 24 orang. 

Sementara itu, kecamatan lainnya juga berpartisipasi, dengan angka yang lebih kecil namun tetap signifikan. Bahkan, seluruh kecamatan di Kabupaten Lebak mengirimkan pekerja migran, kecuali Kecamatan Sobang, yang tidak memiliki pengiriman pekerja pada tahun 2024.

Data dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Lebak menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, sebanyak 227 calon pekerja migran Indonesia (CPMI) telah menjalani verifikasi awal dokumen. Lima kecamatan dengan jumlah CPMI terbanyak adalah:

1. Wanasalam – 25 orang
2. Cijaku – 24 orang
3. Cirinten – 21 orang
4. Malingping – 18 orang
5. Rangkasbitung – 13 orang

Menurut pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Lebak, sebagian besar pekerja migran asal Lebak memilih negara-negara seperti Saudi Arabia, Taiwan, dan Malaysia sebagai tujuan utama mereka. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk upah yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan di dalam negeri. Namun, di balik kenyamanan gaji yang lebih besar, ada cerita panjang tentang perjuangan dan harapan.

Salah satu narasumber warga mengungkapkan, "Saya berangkat karena ingin memperbaiki ekonomi keluarga. Di kampung, pekerjaan sulit dan penghasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Namun, ada juga sisi lain dari fenomena ini yang perlu dicermati. Tidak sedikit di antara mereka yang memilih jalur tidak resmi untuk bekerja ke luar negeri, yang berarti mereka berisiko tinggi tanpa perlindungan hukum yang jelas. 

Disnaker Lebak mencatat hanya pekerja migran yang berangkat melalui jalur resmi. Namun, masih ada yang memilih jalur ilegal karena prosesnya lebih cepat dan biaya lebih rendah. "Iya, yang ilegal tidak terdata di Disnaker," kata Sekretaris Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Lebak Rully Chaeruliyanto saat dikonfirmasi, Jumat (14/2/2025).

Disnaker Lebak mengimbau masyarakat agar berhati-hati dalam memilih agen penyalur tenaga kerja dan memastikan keberangkatan dilakukan sesuai prosedur. Hal ini untuk menghindari kasus penipuan atau eksploitasi terhadap pekerja migran.

"Kami selalu berusaha untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar memilih jalur resmi yang lebih aman dan terjamin perlindungannya. Jangan tergiur janji manis agen ilegal yang bisa berisiko tinggi bagi pekerja kita," pungkas Rully.

Editor : Iskandar Nasution

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network