"Saya kecewa berat dengan pemerintah Israel yang gagal total. Mereka tidak bisa mencegah serangan 7 Oktober dan juga gagal melindungi para sandera," ujar Sharabi.
Sharabi mendesak agar gencatan senjata terus berlanjut untuk menghentikan perang. "Saya sangat gembira bisa kembali ke keluarga. Saya berharap semua sandera lainnya bisa segera pulang. Saya juga berterima kasih kepada Brigade Qassam karena menjaga saya tetap aman," tambahnya.
Sementara itu, Or Levy (34) yang masih berusia wajib militer, mengaku mendapat perawatan medis dan kebutuhan dasar selama ditahan Hamas.
"Saya bersyukur kepada Brigade Qassam yang telah merawat saya saat terluka. Mereka memberi saya makanan, air, dan obat-obatan. Saya masih hidup berkat mereka," ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa pendekatan militer yang dilakukan Israel tidak efektif dalam membebaskan sandera.
"Saya dibebaskan karena kesepakatan, bukan karena tekanan militer. Saya berharap negosiasi terus berlanjut dan perang segera berakhir," tuturnya.
Sejak gencatan senjata tahap pertama yang dimulai 19 Januari 2025, Hamas telah membebaskan 16 sandera Israel dan lima pekerja Thailand. Namun, banyak sandera yang masih ditahan, sehingga tekanan terhadap pemerintah Israel untuk memperpanjang gencatan senjata semakin meningkat.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait