Heriyah menjelaskan bahwa mereka telah menyiapkan 250 bungkus rabeg dengan berat bersih 125 gram yang dikemas dalam aluminium foil. Rabeg ini mampu bertahan selama 4 hingga 5 bulan dan dijual seharga Rp 40.000 per bungkus. Selain rabeg, mereka juga menjual gegetas, namun pengunjung lebih antusias terhadap rabeg. Antusiasme serupa juga pernah dialami saat acara Apeksi (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) di Balikpapan, serta pada momen car free day di Cilegon, di mana mereka biasa menghabiskan 15 hingga 20 kilogram rabeg sebelum pukul 11.00 siang. Tahun ini, banyak juga jamaah haji yang membawa rabeg mereka sebagai bekal.
Heriyah bersyukur karena selain mendapat respon positif dari masyarakat, usahanya juga didukung oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon. “Bahkan, Pak Wali (Helldy Agustian) langsung membantu mempromosikan rabeg kepada masyarakat luas. Kami banyak dibantu oleh beliau. Untuk hal lain seperti pembinaan dan mengurus perizinan atau membuat sertifikat, kami dibantu oleh Dinkop-UKM (Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah). Kami melihat pemerintah kota sangat luar biasa membantu kami,” akunya.
Kepala Dinkop-UKM Kota Cilegon, Didin S Maulana, menyatakan bahwa pihaknya akan terus memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM di Kota Cilegon. “Kami akan terus memberikan support, terutama bagi komoditas rabeg yang merupakan ikon kuliner khas Kota Cilegon,” katanya.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait