LEBAK, iNewsPandeglang.id - Kenaikan harga beras premium di pasar yang mencapai kisaran Rp13 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram tidak menjadi masalah bagi masyarakat adat Kasepuhan Cicarucub di Desa Neglasari, Kecamatan Cibeber, Lebak, Banten. Bahkan, warga di kampung tersebut sama sekali tidak menyadari adanya kenaikan harga beras saat ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh praktik-praktik tradisional yang memungkinkan mereka untuk tetap memenuhi kebutuhan pangan tanpa terlalu terpengaruh oleh fluktuasi harga di pasar luar.
Rahasia di balik ketenangan dan ketahanan masyarakat adat Kasepuhan Cicarucub yang tidak terpengaruh oleh lonjakan harga beras terletak pada praktik-praktik tradisional yang mereka terapkan, seperti sistem penyimpanan pangan.
Juru Tulis Supriatna bersama Juru Bahasa Kasepuhan Cicarucub. Foto iNews/Iskandar Nasution
Masyarakat adat di wilayah Kasepuhan Cicarucub memiliki tradisi unik untuk mengatasi kekurangan bahan pokok saat terjadi krisis pangan. Salah satu tradisi kuno yang masih dipertahankan adalah keberadaan leuit atau lumbung padi. Leuit berbentuk seperti pondok kecil dan memiliki atap yang terbuat dari daun rumbiya yang dianyam dan ijuk.
Ini adalah contoh dari praktik penyimpanan padi tradisional yang membantu masyarakat adat untuk menjaga ketahanan pangan mereka di masa-masa sulit. Selain itu, pengelolaan sumber daya secara bijaksana, atau mungkin juga adanya jaringan sosial dan solidaritas yang kuat di antara anggota komunitas.
Menurut Supriatna, Juru Tulis Kaolotan Kasepuhan Cicarucub, keberadaan leuit di Desa Neglasari sangat penting dan dianggap sebagai tradisi turun temurun. Leuit menjadi simbol ketahanan pangan bagi Kasepuhan Adat Banten Kidul. Praktik penyimpanan hasil panen langsung di leuit untuk kebutuhan jangka panjang merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat di kampung Cicarucub ini. Dengan demikian, leuit memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan pangan dan memastikan pasokan makanan yang cukup untuk komunitas tersebut.
"Ya, kalau penyimpanan lumbung di sini ada istilahnya leuit, ya semacam gudang, gitu. Jadi, fokusnya terutama di kampung Cicarucub ini sendiri, panennya itu kan cuma satu tahun sekali. Jadi, nggak ada istilah diperjualbelikan, gitu. Jadi, hasil panen itu langsung disimpan di leuit untuk kebutuhan jangka panjang, gitu," ucap Supriatna saat ditemui di Kasepuhan Cicarucub, Senin (26/2/2024).
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait