"Isi dalam hanceungan tersebut adalah ayam panggang, nasi, makanan ringan serta makanan lainnya. Setelah warga Desa Sipayung mengambil hanceungan di Desa Talagahiyang, siangnya warga Desa Talagahiyang yang mendatangi Desa Sipayung untuk mengambil hanceungan yang telah disiapkan oleh warga di Desa Sipayung," kata Nuryadi.
Menurutnya, dalam satu bakul hanceungan biasanya dibagikan untuk lima sampai enam orang warga yang mengikuti tradisi ngatir.
“Dibuat kelompok dengan satu kelompok berjumlah lima atau enam orang, perkelompok tersebut baik muda ataupun anak-anak sama saja dan mendapatkan porsi yang sama tidak ada perbedaan,” ucapnya.
Sementara Ustad Syahri selaku tokoh agama Desa Talagahiyang mengatakan, , jika tradisi Ngatir ini dimulai sejak nenek moyangnya terdahulu dulu hingga sekarang. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur warga untuk membuat hanceungan dimana sebuah bakul besar yang berisi satu panggang ayam, nasi, beras dan lainya, untuk dibagikan kepada warga kampung atau desa lain sebelumnya hancengan dikumpulkan serta dibacakan doa-doa di mesjid.
“Setelah dikumpulkan di Mesjid hanceungan tersebut di bagikan kepada warga desa tetangga yaitu warga desa Talagahiang dengan jumlah yang telah disesuaikan dengan jumlah warga hancengan dengan jumlah warga yang datang, sehingga akhirnya dapat terbagi sekitar lima atau enam orang untuk satu bakul Hancengan," kata Syahri.
Memed, salah seorang warga Desa Sipayung menyampaikan ucapan syukur dan rasa senang atas tradisi Ngatir ini. Sebab, kegiatan tradis Ngatir tersebut juga telah diikuti sejak dirinya kecil dan kini ia dengan kedua anaknya pun mengikuti tradisi ini, dan mudah-mudahan tradisi ini juga dapat terus dipertahankan oleh generasi-generasi berikutnya.
“Dalam tradisi ini kami banyak mendapatkan makna yang sangat penting yaitu tentang berbagi dengan sesama serta jalinan tali silahturahmi yang semakin terjalin," ucap Memed.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait