Kemudian, ketiga orang tersebut dibunuh di daerah Kampung Dahu Satu, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cibaliung dan ketiga jenazahnya dimasukan ke dalam satu lubang yang kini menjadi Tugu Peringatan Pahlawan.
"Peristiwa di Cibaliung sana itu yang mengakibatkan Pak Yusuf Martadilaga meninggal dunia itu memang sebuah peristiwa yang mengerikan ya..satu peristiwa yang menurut kita tidak layak untuk diungkapkan, karena memang keji sekali," ucap Direktur Banten Heritage, Dadan Sujana seperti dikutip dalam kanal youtube Guide Kasarung.
Tidak hanya itu, kekejaman Laskar Bambu Runciny juga terus melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggapnya musuh. Tiga hari setelah peristiwa pembunuhan tersebut, jenazah Joesoep Martadilaga, Ahmad Fathoni dan Moechtar Tresna di temukan oleh pihak keluarga, kemudian di pindahkan dan dimakamkan.
Di bulan yang sama gerombolan Laskar Bambu Runcing akhirnya berhasil ditumpas oleh TNI melalui Brigade Tirtayasa di bawah komando Letnan Satu Jambar Wardana, yang dibantu oleh Batalion Brigade Suryakencana Sukabumi pimpinan Kosasih.
Kala itu Laskar Bambu Runcing sudah tersebar ke sejumlah wilayah di Banten Selatan di antaranya Cibaliung, Cibadak dan Aermokla Ujung Kulon yang menjadi target TNI. Sehingga terjadi pertempuran yang sengit. Ratusan anggota gerombolan tersebut tewas dan sisanya ada yang menyerah juga ada yang melarikan diri ke hutan Ujung Kulon.
Ketiga jenazah pahlawan Pandeglang tersebut yang dimasukan ke lubang dalam waktu tiga hari ditemukan kemuduan dipindahkan dan dimakamkan pada tempat yang berbeda. Jenazah Joesoef Martadilaga dimakamkan di makam keluarga, kampung Ciherang, Pandeglang sementada Jenazah Ahmad Fathoni dimakamkan di Serang dan jenazah Moechtar Tresna dibawa ke Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Itulah Kisah Tugu Cibaliung sejarah kelam kekejaman Laskar Bambu Runcing dan kisah pahlawan Pandeglang. Semoga bermanfaat.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait