Dijelaskannya, upaya inimerupakan salah satu metode untuk memperoleh sampel DNA Badak Jawa secara non-invasif yakni dengan mengambil sampel dari feses badak yang masih baru atau segar.
Selanjutnya, pada feses segar masih terdapat sel epitel yang mengandung DNA yang dengan cepat akan rusak atau terkontaminasi di alam terbuka. Petugas lanjutnya, menemukan feses yang masih segar dalam kondisi yang baik dan mencocokkannya dengan daftar individu yang sudah teridentifikasi bukanlah hal yang gampang.
Menurut BTNUK, awalnya diawali dengan melacak keberadaan badak jawa dengan mencari jejak badak yang masih baru dan memastikan adanya dokumentasi dari badak yang diikuti untuk dapat diidentifikasi individu badaknya.
Dengan mengikuti jejak yang baru diharapkan akan ditemui feses segar dan dalam kondisi yang baik. Proses melacak keberadaan badak jawa ini dapat memakan waktu hingga beberapa hari.
"Dalam proses ini, keahlian seorang tracker sangat diperlukan untuk bisa membaca tanda-tanda keberadaan populasi badak jawa ini," ungkapnya.
Demikian strategi petugas BTNUK mendata profil genetik badak jawa di Ujung Kulon. Semoga hewan endemik ini populasinya makin bertambah terhindar dari ancaman yang membahayakan mamalia purba tersebut.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait