Sementara Kiyai Haji Dliya'uddin Azzamzami pengasuh pondok pesantren Mamba'ul hikam mengatakan, salat cepat ini sudah menjadi tradisi sejak jaman kakeknya, yakni Kiyai Haji Abdul Qofur pada tahun 1900an.
Alasan pendahulunya melaksanakan salat cepat ini karena masyarakat desa mantenan saat itu banyak yang berkerja dan sulit diajak beribadah, sehingga membuat rakaat salat tarawih lebih cepat.
Ia mengatakan meski ada anggapan salatnya belum tumakninah, namun ia menyakini tidak ada perbedaan salat terawih di pondoknya dengan tempat lain.
Salat ini juga tidak mengurangi syarat dan rukun sholat. Ia mengaku mendapat dukungan dari ulama-ulama yang lain, sehingga tradisi ini tetap berlangsung lebih dari satu abad.
"Salat tarawih di sini sudah dimulai sejak mbah saya. Tarawih yang tidak mengurangi dan tidak mengubah aturan salat yang ada. Salat tarawih ini sudah dilakukan sejak 1907 dari mbah saya hingga sekarang," ujarnya.
Pondok pesantren Mamba'ul Hikam memiliki lebih dari 1.500 santri, baik laki-laki dan perempuan. Tidak hanya datang dari warga sekitar, namun juga warga luar pulau, seperti Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Mereka datang ke Pondok Mamba'ul Hikam untuk belajar mengaji salafiyah atau mengaji kitap kuning.
Artikel ini telah tayang di halaman okezone.com dengan judul Tradisi Unik Ponpes di Blitar, Tunaikan Salat Tarawih 23 Rakaat Hanya 10 Menit
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait