get app
inews
Aa Text
Read Next : Waspada! Ular Tanah: 'Ranjau Darat' Mematikan di Kebun Anda!

Waspada! Kasus Gigitan Ular Tanah Meningkat di Lebak, Ancaman Mematikan di Musim Cuaca Ekstrem

Minggu, 09 Maret 2025 | 14:56 WIB
header img
Warga Lebak berhasil menangkap ular tanah yang membahayakan, meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman gigitan ular di area kebun. (Foto: Dok)

LEBAK, iNewsPandeglang.id - Kasus gigitan ular tanah (Calloselasma rhodostoma) di Kabupaten Lebak, Banten, mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2024. Ular yang dikenal dengan sebutan "ranjau darat" ini telah menimbulkan ancaman besar, terutama bagi petani yang sering bekerja di kebun.

Meskipun ukuran ular ini terbilang kecil, gigitan ular tanah dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang fatal jika tidak segera ditangani.

Dari informasi dihimpun, pada 2024, tercatat 844 kasus gigitan ular di Lebak, meningkat drastis dari 629 kasus pada tahun sebelumnya. Ular tanah menjadi penyebab utama dengan 605 kasus, diikuti oleh ular hijau dengan 48 kasus, dan ular cobra dengan 8 kasus. RSUD Adjidarmo mencatatkan angka tertinggi dengan 110 gigitan, diikuti oleh Puskesmas Cipanas dan RSUD Malingping.


Warga Lebak, Banten berhasil menangkap ular tanah berukuran besar yang bersembunyi di kebun, meningkatkan kesadaran akan bahaya gigitan ular di musim ekstrem ini. (Foto : Dok)

Sebelumnya, peningkatan kasus gigitan ular tanah terlihat sangat tajam dalam beberapa pekan terakhir. Pada 27 Oktober 2024, dua insiden mencatatkan perhatian serius, seorang warga bernama Ali digigit ular tanah hingga tangannya membengkak dan menghitam. 

Di sisi lain, Andi, seorang warga Cipalabuh, menemukan ular sepanjang hampir satu meter di kebunnya. Ular tanah dikenal sulit terlihat karena kemampuannya berkamuflase di antara serasah dan dedaunan.

Andi, yang tak menyangka akan menemukan ular sebesar itu di kebunnya, mengungkapkan, "Ular ini sebesar tangan saya! Saya sangat terkejut melihatnya. Ular ini bisa sangat berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak menyadarinya saat bekerja di kebun," katanya.

Menurutnya, ular tanah sering kali tersembunyi dan siap menyerang jika merasa terancam. "Saya tidak pernah membayangkan kebun saya bisa menjadi tempat yang berbahaya. Sekarang, saya selalu lebih hati-hati dan waspada setiap kali bekerja di sana," tambah Ali yang masih terkejut dengan pengalaman gigitan tersebut.

Di sisi lain, kejadian tragis menimpa Santini (50), warga Kampung Cisadane, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, yang meninggal dunia setelah digigit ular tanah. Keterlambatan dalam penanganan medis dan kekurangan Serum Anti Bisa Ular (SABU) di Puskesmas setempat menyebabkan korban tak tertolong. Kejadian ini semakin mempertegas perlunya perbaikan sistem kesehatan di daerah terpencil.

Masyarakat setempat juga mengungkapkan keprihatinan terkait terbatasnya akses pengobatan yang tepat bagi mereka yang tinggal di wilayah terpencil. "Di sini, kami sering kesulitan mendapatkan pengobatan yang cepat. Jika ada masalah seperti gigitan ular, kami harus menunggu lama sebelum bisa mendapatkan perawatan yang diperlukan," kata seorang warga setempat.

Sebagai langkah pencegahan, warga dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, memeriksa area sekitar tempat beraktivitas, serta menggunakan alas kaki saat bekerja di luar ruangan. Pemerintah juga diharapkan untuk meningkatkan fasilitas medis dan ketersediaan obat penawar bisa ular (SABU), terutama di daerah terpencil seperti Baduy, agar nyawa warga dapat tertolong tepat waktu.

Editor : Iskandar Nasution

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut