Minimnya dukungan dari pihak luar menjadi salah satu tantangan besar yang mereka hadapi. Untuk mendukung kegiatan sanggar, warga sering bekerja keras, bahkan menjadi kuli bangunan untuk mengumpulkan uang membeli peralatan dan pakaian tari. “Kami patungan untuk beli kain seragam, dan anak-anak juga semangat latihan meski harus jalan jauh,” tambah Jenni.
Walaupun sanggar ini baru berusia setahun, mereka telah meraih prestasi gemilang dengan memenangkan lomba kesenian Rampak Bedug tingkat Kabupaten Pandeglang. Prestasi ini menunjukkan bahwa semangat warga untuk melestarikan budaya mereka tidak pernah padam.
Rampak Bedug bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga simbol warisan budaya yang penuh nilai spiritual, rekreasi, dan ekonomi. Meskipun modernisasi mengancam keberadaannya, warga Kampung Kadu Kupa tetap bertekad untuk menjaga tradisi ini agar tidak hilang begitu saja.
Warga berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk mendukung pelestarian Rampak Bedug, agar seni dan budaya khas Pandeglang ini tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.
Editor : Iskandar Nasution