LEBAK, iNewsPandeglang.id – Sebuah tambang pasir kuarsa di Desa Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, terancam gulung tikar setelah mendapat sorotan dari berbagai pihak yang menuding aktivitasnya mencemari Sungai Cimadur. Perusahaan tersebut, PT Logam Jaya Berkah, dikabarkan melakukan pembuangan limbah cucian pasir kuarsa yang menyebabkan air sungai menjadi keruh.
Tuduhan ini membuat perusahaan menutup operasi sementara, sehingga para pekerja terancam kehilangan pekerjaan.
Pantauan di lokasi pada Minggu, (15/9/2024), memperlihatkan suasana sepi di area tambang yang biasanya dipenuhi aktivitas pekerja. Lumpur terlihat menumpuk di sekitar sungai, namun pihak perusahaan telah mengambil langkah-langkah normalisasi dengan mengangkat lumpur ke daratan untuk mengurangi pendangkalan sungai.
Alat berat yang biasanya digunakan untuk kegiatan tambang terlihat terparkir, tanda bahwa kegiatan produksi telah dihentikan sejak lima hari terakhir.
Salah seorang pekerja tambang, Jujun, mengaku resah akibat penutupan tambang yang membuatnya bersama rekan-rekannya kehilangan mata pencaharian. "Kami sudah lima hari nggak kerja. Biasanya, saya dan 15 orang lainnya bekerja menggali pasir di sini. Sekarang terpaksa diam di rumah, anak istri nangis, nggak tahu lagi mau makan apa," ujar Jujun dengan wajah penuh kesedihan.
Taufik Hidayat, pengelola tambang pasir kuarsa, membantah tuduhan bahwa perusahaannya mencemari lingkungan dengan bahan kimia berbahaya. "Kami tidak menggunakan bahan kimia sama sekali dalam aktivitas tambang ini. Kalau air sungai terlihat keruh, itu hanya lumpur biasa. Kami sudah berusaha melakukan normalisasi sungai, bahkan mengangkat lumpur supaya sungai tidak dangkal," jelasnya.
Lebih lanjut, Taufik menegaskan bahwa pihaknya sering melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk masyarakat sekitar. "Kami selalu memberikan bantuan ke masyarakat melalui program CSR. Kami juga sudah berusaha menjaga lingkungan dengan baik, namun tetap saja ada tudingan miring seperti ini. Yang bikin heran, di tempat lain ada tambang emas yang jelas-jelas pakai bahan kimia berbahaya, tapi nggak ada protes dari warga," tambahnya.
Penutupan sementara tambang ini membuat sekitar 50 karyawan, yang sebagian besar merupakan warga lokal, khawatir akan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Mereka berharap, perusahaan dapat segera beroperasi kembali agar mereka bisa melanjutkan hidup dan menafkahi keluarga.
Dengan situasi ini, pihak perusahaan berharap ada solusi yang baik bagi semua pihak. Sementara itu, para pekerja terus berharap agar usaha tambang bisa kembali dibuka agar mereka tidak kehilangan sumber pendapatan utama.
Editor : Iskandar Nasution