JAKARTA, iNewsPandeglang.id – Pertanyaan tentang mengapa Amerika Serikat (AS) selalu ikut campur urusan negara lain terus mengemuka. Mulai dari perang Israel-Hamas, konflik Rusia-Ukraina, hingga ketegangan China-Taiwan, AS selalu berada di garis depan. Namun, apakah intervensi ini bertujuan untuk keamanan global atau lebih didorong oleh kepentingan ekonomi dan politik?
Di setiap konflik besar, peran AS tak terhindarkan. Dalam konflik Israel-Hamas, AS menjadi sponsor utama Israel dalam persenjataan, sambil mencoba memainkan peran sebagai juru damai. Meski begitu, belum ada tanda-tanda perdamaian yang signifikan.
Mendiang Robert Jervis, seorang pengamat politik AS, pernah mengungkapkan bahwa "intervensi adalah hal yang tipikal Amerika". Dalam bukunya The New American Interventionism, ia menjelaskan bahwa intervensi militer AS telah menjadi pola kebijakan luar negeri yang mencirikan hubungan AS dengan dunia luar. Menurut Jervis, kebijakan intervensionis AS menimbulkan banyak kesengsaraan global dan seringkali mengancam perdamaian.
Sejak intervensi pertama mereka pada 1805, ketika AS mendukung kudeta di Tripolitania (sekarang Libya), AS telah melibatkan diri dalam lebih dari 200 konflik bersenjata di seluruh dunia. Hal ini semakin terlihat setelah Perang Dunia II, dengan AS melancarkan intervensi di Timur Tengah, Amerika Latin, hingga Asia. Perang yang mengatasnamakan demokrasi seringkali berakhir dengan kehancuran bagi negara-negara yang mereka invasi.
Editor : Iskandar Nasution