LEBAK, iNewsPandeglang.id - Kain tenun khas Suku Baduy, yang terkenal dengan warna putih dan biru tua serta teksturnya yang kasar, merupakan salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan hingga kini. Kaum perempuan Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, setiap hari menenun kain secara manual dengan alat-alat tradisional, menggunakan bahan-bahan alami, seperti kapas dan pewarna dari kunyit.
Meskipun kain tenun ini dulunya hanya dipakai untuk pakaian adat, kini motif-motifnya yang terinspirasi dari alam semakin berkembang dan mulai dipasarkan secara luas, baik langsung dari rumah para penenun maupun melalui platform online. Wisatawan yang datang ke Baduy sering kali membeli kain tenun ini sebagai oleh-oleh, dan harganya pun bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp300.000.
Foto iNews/Iskandar Nasution
Selain kain tenun, masyarakat Baduy juga menjual berbagai hasil kerajinan tangan lainnya, memanfaatkan peluang dari majunya sektor pariwisata di wilayah tersebut. Kain tenun ini tidak hanya digunakan sebagai pakaian adat, tetapi juga bisa menjadi aksesori rumah, seperti taplak meja atau hiasan dekorasi. Penjualan kain tenun yang sudah merambah pasar digital ini membuka peluang bagi masyarakat Baduy untuk terus melestarikan tradisi sembari meningkatkan ekonomi keluarga mereka.
Di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, kaum perempuan Suku Baduy Luar setiap hari menenun kain dengan menggunakan alat tenun tradisional. Proses ini dimulai dengan memintal kapas menjadi benang, kemudian menggunakan pewarna alami seperti kunyit untuk mewarnai kain. Motif kain Baduy biasanya terinspirasi dari alam dan berupa garis warna-warni, yang menambah keunikan kain tersebut.
Editor : Iskandar Nasution