Ketika ditanyakan apakah jembatan gantung tersebut bukan prioritas, Irvan menjawab bahwa pemerintah masih fokus kepada pembangunan jalan rusak. “Kita fokus ke jalan kabuten yang kondisi rusaknya masih di 187 km dari 749 km.”
Dengan demikian, sejauh ini, pihaknya masih berkoordinasi dengan dinas dan lembaga terkait seperti DPMD dan BPD. “Rencana kita akan hitungdua opsi untuk penanganan permanen dan darurat nanti hasil hitungan akan kita sampaikan ke pimpinan,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Ki Dede Sudiarto, Sekretaris Umum PUB Lebak berkomitmen untuk terus melakukan aksi sasieur sabenyeur demi membantu masyarakat yang sangat membutuhkan akses jalan melalui jembatan tersebut. “Yang penting bangunan yang cepet aja. Kalau ada dari dinas yang akan bangun lebih cepet, kita alihkan ke tempat lain. Namun berdasarkan pengalaman, jumlah jembatan gantung di lebak, tidak bisa di cover sama APBD Lebak.”
“Jangankan jembatan gantung yang di pelosok seperti di Leuwiipuh, jalan kantor kecamatan Leuwidamar aja sampai sekarang tidak dibangun-bangun,” imbuhnya.
Dibangun secara swadaya pada sekitar 13 tahun silam atau tepatnya sejak 2011 lalu, keberadaan jembatan gantung yang terletak di Leuwiipuh itu sangat vital bagi masyarakat setempat. Jembatan yang berbahan material bambu dan kayu dengan panjang sekitar 85 meter, lebar 1 meter, dan ketinggian 15 meter itu digunakan masyarakat dalam mendukung kegiatan seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan.
Kondisi material yang sudah tidak layak itu, terputus karena tidak mampu menahan beban. Sejak terputus, warga mengambil alternatif dengan cara menggunakan rakit, ada juga yang nekad bergelantungan meniti jembatan yang sudah miring 180 derajat tersebut hingga yang terpaksa menerobos derasnya air sungai, tentunya hal tersebut sama-sama berisiko bagi keselamatan mereka.
Editor : Iskandar Nasution