PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - Semua orang pasti menndambakan hidup yang layak dan bahagia, tak ada satu orang pun yang ingin hidup dalam keterbatasan ekonomi, akan tetapi takdir setiap individu berbeda-beda.
Sejumlah orang di Indonesia harus ikhlas menjalani kehidupan dengan kondisi kemiskinan yang mendera. Kemiskinan juga tidak memandang usia, tentu semua orang juga bisa merasakan. Seperti Emak- emak di Kecamatan Labuan, Pandeglang beranama Kusnah (69) warga Kampung Jambangan, Desa Caringin ini. Dia terpaksa jadi tulang punggung keluarga harus rela berjuang menghidupi keluarga tercintanya usai suaminya tidak bisa melihat alias buta.
Warga miskin tersebut terpaksa mengais rezeki dengan berjualan apa saja yang bisa termasuk jualan Bakwan Udang memanfaatkan momentum menjelang Ramadan di Wisata Caringin, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten yang ramai dikunjungi wisatawan.
Kusnah menuturkan, jualan tersebut hanya menjualkan milik orang lain bukan miliknya, namun hanya mengambil untung beberapa rupiah saja lantaran tidak ada modal jika membuat sendiri. Harga Bakwan Udang dijual Rp5.000 per pcs, mendapat keuntungan Rp1.000 dan disetor Rp4.000 kepada pemilik.
Dalam sehari ibu ini hanya bisa mendapatkan uang Rp70.000 dan bisa membawa pulang uang ke rumahnya Rp.30.000. "Gak cukup banyak yang harus dibayar itu juga pak 30 ribu paling dapat bawa pulang ke rumah," ucapnya dengan nada sedih saat ditemui di lokasi Selasa, (21/3/2023).
Dikisahkannya, dirinya terpaksa mengais rezeki lantaran suaminya sudah tidak bisa bekerja lagi sejak matanya tidak bisa melihat. Dalam keluarga itu dirinya tinggal bersama lima orang terdiri dari anak dan suami. Dia mengaku belum pernah mendapat bantuan, oleh karena itu sebisa mungkin apa yang dia bisa lakukan untuk menafkahi keluarga.
"Belum ada (Bantuan), kartu BPJS Pak Jokowi ada, suami saya pernah dibawa ke Rumah Sakit dioperasi, namun belum sembuh juga sampai saat ini," ucapnya.
Dia berharap ada bantuan dari pihak mana pun untuk menyembuhkan sang suaminya tersebut supaya bisa sehat seperti semula lagi.
Editor : Iskandar Nasution