JAKARTA, iNewsPandeglang.id – PT Pertamina mencatat Pertalite sudah terjual sebanyak 16,8 juta kiloliter (KL) dari kuota 23 juta KL hingga Juli 2022. Sedangkan solar bersubsidi sudah terjual 9,9 juta KL dari kuota 14,9 juta KL.
Kuota Pertalite dan solar bersubsidi pun diprediksi hanya cukup hingga akhir Oktober mendatang.
Pengamat Ekonomi CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, dampak kenaikan harga BBM akan paling dirasakan oleh masyarakat lapisan terbawah, yang membutuhkan Pertalite dan solar untuk aktivitas konsumsi dan produksi.
Secara agregat, kenaikan harga BBM juga akan secara signifikan memengaruhi inflasi karena efek tidak langsung, misalnya pada harga pangan.
“Dan tentu saja saat inflasi tinggi, income-nya masih belum sepenuhnya pulih, ini berarti income riilnya akan turun. Daya beli akan mengalami penurunan,” kata Faisal, dikutip dari BBC News Indonesia, Jumat (19/8/2022).
Di antara kelompok masyarakat yang akan merasakan dampaknya adalah pengusaha mikro dan pekerja sektor informal.
Faisal berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM karena APBN masih punya ruang fiskal untuk menambah subsidi.
“Dari sisi APBN sebetulnya masih bisa karena sekarang itu sampai semester satu masih surplus sebenarnya Rp73 triliun. Prediksinya sampai akhir tahun defisit memang, tapi 3,9%, itu masih di bawah target, 4,5%. Jadi sebetulnya masih ada ruang,” katanya.
“Kuota pertalite prediksinya sampai bulan Oktober, jadi perlu ada bantalan dua bulan terakhir saja. Nah ini sebetulnya tidak akan banyak menambah defisit APBN,” tambahnya.
Editor : Iskandar Nasution