JAKARTA, iNewsPandeglang.id – Sri Lanka alami krisis energi hingga pangan. Kondisi Sri Lanka pun darurat dan mengkhawatirkan karena terjadi pemadaman listrik, harga kebutuhan pokok meroket dan kelangkaan bahan bakar.
Lalu, banyak rumah sakit kehabisan obat-obatan dan persedian penting kesehatan.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Kandy, Sri Lanka, Dita Klyen menceritakan, kini warga di tempat tinggalnya masih kesulitan mendapatkan bahan bakar kendaraan dan juga gas untuk memasak.
"Lalu bahan makanan melambung tinggi, ada yang naik tiga sampai empat kali lipat dari biasa. Lalu bahan sehari-hari seperti sabun, sampo melambung tinggi," ujar Dita, dilansir dari BBC Indonesia, Kamis (14/7/2022).
Kemudian, terjadi juga pemadaman listrik secara bergilir, yaitu tiga jam per hari.
"Lalu sekolah masih ditutup karena tidak ada transportasi," ujarnya kepada BBC News Indonesia.
Di kota-kota, antrean bahan bakar mengular di seluruh pinggiran kota, seperti ular sanca logam raksasa. Semakin hari, semakin panjang dan gemuk, menghambat jalan dan menghancurkan mata pencarian.
Pengemudi tuk-tuk, dengan kapasitas tangki delapan liter, terpaksa mengantre berhari-hari sebelum mereka bisa beroperasi lagi.
Mungkin hanya 48 jam, sebelum mereka dipaksa untuk bergabung kembali ke dalam antrean. Bantal, pakaian ganti, dan air pun tak lupa mereka bawa sebagai bekal untuk menghadapi cobaan berat itu.
Di lingkungan kelas pekerja, anggota keluarga mulai berkumpul di sekitar tungku kayu bakar, untuk menyiapkan makanan paling sederhana, nasi dan sambal kelapa
Sri Lanka yang kini telah bangkrut akibat gagal bayar utang luar negeri yang lebih dari Rp700 triliun dan inflasi lebih dari 50%.
Cadangan devisanya turun menjadi sekitar US$1,6 miliar (sekitar Rp 22,8 triliun) pada akhir November, hanya cukup untuk membayar impor selama beberapa minggu, sementara total utang luar negeri diperkirakan lebih dari US$45 miliar (sekitar Rp643 triliun).
Salah satunya adalah utang ke China yang semakin menumpuk hingga melampaui USD5 miliar (Rp71,7 triliun) untuk pembangunan berbagai proyek infrastruktur, termasuk jalan, bandara, dan pelabuhan.
Editor : Iskandar Nasution