Dalam wawancara eksklusif dengan iNews, Yani mengungkapkan rasa syukurnya. “Sekarang saya dinyatakan lolos di Harvard University untuk menempuh studi S2, didanai penuh oleh LPDP Scholarship dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia,” ujar Yani.
“Sebagai anak desa, anak petani, sekaligus anak pedagang nasi goreng, perjuangan ini tentu tak mudah. Saya bisa sampai di titik ini karena doa dan dukungan luar biasa dari ibu, bapak, keluarga, teman, serta seluruh masyarakat yang telah mendoakan saya,” lanjutnya.
Yani juga berbagi kiat suksesnya diterima di Harvard “Saya mempersiapkan semua aplikasi sebaik mungkin, termasuk meraih skor IELTS 7,5 dan menulis esai tentang alasan memilih Harvard. Saya juga aktif dalam organisasi, perlombaan, dan kegiatan sosial sejak kuliah di Universitas Udayana,” ungkapnya.
“Saya berharap apa yang saya pelajari nanti bisa saya bawa pulang, untuk berkontribusi bagi Indonesia, khususnya anak-anak di pelosok Cibaliung yang seperti saya, pernah bermimpi tapi tidak tahu harus mulai dari mana,” tutup Yani.
Tak hanya berprestasi di bidang akademik, Yani juga aktif dalam kegiatan sosial. Ia mendirikan Leuweung Hub Foundation, yang membantu ratusan pelajar desa mendapatkan beasiswa. Ia juga memimpin Duta Inisiatif Indonesia yang telah menjangkau lebih dari 41.000 pemuda di berbagai wilayah.
Perjalanan Yani adalah bukti bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih mimpi besar. Dari gerobak nasi goreng di ujung Pandeglang, ia kini melangkah ke ruang kuliah Harvard di Amerika Serikat.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait