Ironisnya, meski Kecamatan Bayah merupakan wilayah yang dekat dengan industri besar seperti pabrik semen, infrastruktur di daerah ini masih sangat tertinggal. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kegiatan sehari-hari masyarakat, terutama para guru yang harus menempuh perjalanan jauh dengan kondisi jalan yang berisiko tinggi.
Bagi para guru yang bertugas di daerah tersebut, risiko kecelakaan seperti ini sudah menjadi hal yang biasa. “Selain jarak yang jauh, lokasi sekolah yang berada di atas perbukitan membuat jalanan sangat rawan longsor. Saat musim hujan seperti ini, jalan seringkali tiba-tiba longsor dan membahayakan nyawa kami,” ujar Ira.
Perjuangan para guru ini seharusnya menjadi cermin bagi pemerintah dan calon pemimpin daerah untuk tidak hanya berjanji, tetapi juga bertindak nyata. Masyarakat dan dunia pendidikan menantikan adanya perbaikan infrastruktur yang memadai agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Tak hanya guru, warga Desa Cidikit juga mengungkapkan keluhan serupa. Ilpan, salah seorang warga, menyebutkan bahwa jalan yang rusak dan licin membuat banyak orang, terutama anak-anak sekolah, terjatuh saat musim hujan. "Jalan ini sudah lama rusak, dan setiap kali musim hujan, kondisi jalan semakin berbahaya. Kami sudah sering meminta perbaikan, tapi belum ada tanggapan nyata," ujarnya.
Ilpan juga mengkritik janji-janji politisi yang hanya muncul saat musim pencalonan. "Saat pemilihan, calon datang menawarkan janji, tapi kenyataannya jalan ini tetap rusak," tambahnya.
Diharapkan, dengan adanya kejadian ini, perhatian terhadap kondisi infrastruktur di daerah-daerah terpencil seperti Kecamatan Bayah dapat segera ditingkatkan, demi keselamatan dan kenyamanan para pendidik yang setiap hari berjuang memberikan ilmu kepada generasi muda.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait