Kenapa Pemenang Suara Terbanyak di Pilpres AS Belum Tentu Menang? Begini Penjelasannya

Anton Suhartono
Kamala Harris dan Donald Trump bersaing ketat dalam Pilpres AS 2024, masing-masing berusaha mengamankan suara elektoral untuk mencapai kemenangan di Gedung Putih. Foto X

Namun, ada dua negara bagian, Maine dan Nebraska, yang menggunakan sistem proporsional, membagi suara elektoral sesuai proporsi suara yang diterima tiap kandidat. Hal inilah yang menjadikan beberapa negara bagian strategis, atau "swing states," sangat penting dalam Pilpres AS, karena mereka bisa menjadi penentu kemenangan.

Kasus ini bukan hal baru. Pada Pilpres 2016, misalnya, Hillary Clinton meraih lebih banyak suara populer dibanding Donald Trump, tetapi Trump berhasil mengantongi suara elektoral lebih banyak dan memenangkan pemilu. Demikian juga pada 2000, Al Gore mendapatkan suara lebih banyak daripada George W. Bush, tetapi Bush menang karena berhasil mengamankan mayoritas suara elektoral.

Dengan persaingan ketat di Pilpres 2024 ini, apakah Kamala Harris atau Donald Trump yang akan mampu mencapai 270 suara elektoral dan melenggang ke Gedung Putih?



Editor : Iskandar Nasution

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network