JAKARTA, iNewsPandeglang.id - Konflik yang kian memanas di Timur Tengah tak hanya berdampak pada negara-negara yang berselisih, namun juga memicu efek domino terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Salah satu dampak terbesar yang diprediksi terjadi adalah kenaikan harga minyak bumi yang mengakibatkan biaya logistik semakin mahal dan inflasi mengancam.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, memperingatkan bahwa ketegangan ini bisa mendorong kenaikan harga minyak dunia. "Iran, sebagai produsen minyak terbesar ke-9 di dunia, menghasilkan 3,4 juta barel per hari. Dengan adanya konflik, harga minyak pasti akan melonjak," katanya, Rabu (2/10/2024).
Indonesia, yang memiliki tingkat impor minyak bumi yang tinggi, diperkirakan akan merasakan dampak langsung dari krisis ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas Indonesia pada kuartal pertama 2024 mencapai USD 9 miliar atau sekitar Rp 148 triliun. "Kenaikan harga minyak ini akan berdampak pada biaya logistik, dan jika terus berlanjut, akan memicu kenaikan harga barang lainnya, yang pada akhirnya menyebabkan inflasi," jelas Esther.
Selain itu, Esther menambahkan bahwa krisis ini juga bisa memengaruhi nilai tukar rupiah dan kebijakan moneter. Dengan potensi kenaikan suku bunga acuan, penurunan kredit dan investasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara itu, konflik di Timur Tengah masih berlanjut, dengan eskalasi serangan antara Israel dan Iran. Rudal balistik yang diluncurkan Iran ke Tel Aviv baru-baru ini semakin memperparah situasi, menambah ketidakpastian di pasar minyak global.
Dengan kondisi yang terus berkembang, Indonesia perlu waspada terhadap dampak jangka panjang konflik ini, terutama terkait harga minyak, logistik, dan potensi inflasi yang mengancam stabilitas ekonomi.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait