Perang Cisanggoma 1926: Ulama Banten Bangkit, PKI atau Perjuangan Rakyat?

Epul Galih
Pertempuran 1926 di Banten, ulama Banten hingga jawara bangkit melawan penjajah Belanda. Foto istimewa

Akhir Perlawanan dan Tindakan Represif Belanda

Setelah dua hari pertempuran sengit, pada 14 November 1926, Belanda melakukan tindakan balasan besar-besaran. Pembersihan besar-besaran dilakukan hingga 18 November, dengan ribuan orang ditangkap, termasuk ulama, jawara, dan petani. Sebanyak 1.300 orang ditahan, empat di antaranya dihukum mati. Beberapa ulama terkemuka, seperti H. Chatib, H. Asgari, dan H. Emed, dibuang ke Boven Digoel.

Perang atau Pemberontakan?

Perdebatan tentang apakah peristiwa ini merupakan pemberontakan PKI atau perjuangan rakyat terus berlanjut hingga kini. Dari sudut pandang Belanda, mereka yang terlibat dianggap sebagai pemberontak. Namun, dari perspektif rakyat Banten, mereka adalah pejuang kemerdekaan yang berjuang melawan tirani kolonial.

Peristiwa Perang Cisanggoma 1926 adalah bukti nyata bahwa sejarah kemerdekaan Indonesia bukan hanya diwarnai oleh satu kelompok, melainkan oleh berbagai elemen masyarakat yang bersatu untuk melawan penjajah, termasuk ulama, petani, dan jawara. 

Peristiwa ini adalah saksi bisu dari semangat juang rakyat Banten yang tak gentar melawan penindasan, terlepas dari label politik yang melekat pada mereka.

Editor : Iskandar Nasution

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network