Perang Cisanggoma 1926: Ulama Banten Bangkit, PKI atau Perjuangan Rakyat?

Epul Galih
Pertempuran 1926 di Banten, ulama Banten hingga jawara bangkit melawan penjajah Belanda. Foto istimewa

Pertempuran di Cisanggoma

Di antara banyaknya titik pertempuran, salah satu yang paling terkenal terjadi di Jembatan Cisanggoma, Labuan. Menurut catatan sejarah dari keluarga KH Tb. Achmad Chatib, residen pertama Banten, pertempuran di Cisanggoma dipimpin oleh Syekh Asnawi bersama K.H. Tb. Achmad Chatib dan K.H. Moekri Karabohong. Mereka memimpin pasukan Laskar Mujahidin, sebuah kelompok yang terbentuk khusus untuk melawan Belanda. Pertempuran berlangsung selama dua hari dua malam, dengan banyak pejuang yang gugur di medan perang.

Mereka yang gugur dalam pertempuran tersebut dikubur di bawah jembatan Cisanggoma, yang oleh Belanda diberi julukan “makam komunis.” Namun, masyarakat setempat lebih mengenal tempat tersebut sebagai makam syuhada, pejuang-pejuang yang gugur demi kemerdekaan.

Kontroversi Label Pemberontakan PKI

Sebutan pemberontakan PKI memang sering dilekatkan pada peristiwa ini, namun menurut beberapa tokoh sejarah lokal, termasuk Ratu Nizma Salamah Oman, cucu KH Tb. Achmad Chatib, hal ini tidak sepenuhnya tepat. "Menurut catatan keluarga kami, tidak pernah ada istilah ulama PKI. Para ulama yang terlibat adalah pejuang kemerdekaan, bukan sekadar anggota PKI,” ungkap Ratu Nizma.

Ia menegaskan bahwa perlawanan pada 1926 ini dimotori oleh Laskar Mujahidin, bukan oleh PKI. "Para ulama yang terlibat dalam pertempuran ini berjuang demi kemerdekaan, bukan untuk kepentingan politik PKI," tambahnya.

Editor : Iskandar Nasution

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network