PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - Kereta api telah menjadi salah satu ikon transportasi di Indonesia, menyimpan sejarah panjang yang berakar dari masa kolonial hingga modernisasi saat ini. Dari jalur-jalur legendaris seperti Rangkasbitung-Labuan hingga Saketi-Bayah, kereta api terus berfungsi sebagai tulang punggung mobilitas masyarakat.
Setiap tanggal 28 September, Indonesia memperingati Hari Kereta Api. Tanggal ini menjadi momen penting untuk merayakan kontribusi kereta api dalam pengembangan infrastruktur transportasi di tanah air. Kereta api tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi, tetapi juga menjadi simbol kemajuan dan konektivitas antarwilayah.
Sejarah kereta api di Indonesia dimulai pada abad ke-19, ketika pemerintah kolonial Belanda membangun jalur kereta api pertama pada tahun 1867. Jalur ini tidak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga mempercepat pengangkutan barang, termasuk hasil bumi dan rempah-rempah. Salah satu jalur bersejarah adalah Rangkasbitung-Labuan, yang dibangun pada tahun 1908 dan beroperasi hingga 1984. Jalur ini memiliki panjang 56 kilometer dan menghubungkan Stasiun Labuan dengan Rangkasbitung, menciptakan konektivitas yang penting untuk daerah Banten.
Tak hanya itu, jalur Saketi-Bayah juga memiliki sejarah yang tak kalah menarik, terutama selama masa Romusha. Pada masa itu, rel kereta api dibangun menggunakan tenaga kerja paksa untuk mendukung upaya perang Jepang. Meskipun jalur ini sempat terabaikan, kini ada rencana untuk mengaktifkannya kembali.
Masyarakat Banten mengenang jalur ini dengan penuh nostalgia. Salah satu tokoh lokal, Elly Djuhaedi, pada suatu kesempatan mengungkapkan kenangannya saat menggunakan kereta tersebut. “Saya ngalamin kereta jus… jus ini, asap hitamnya kalau pulang dari arah Jakarta,” ujarnya, menambahkan bahwa saat itu penumpang sering bercampur dengan hewan seperti kambing dan ayam.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Jakarta, Ferdian Suryo Adhi Pramono, mengungkapkan bahwa reaktivasi jalur kereta api Pandeglang-Labuan direncanakan mulai tahun 2025. Proyek reaktivasi ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas wilayah selatan Banten, mempercepat distribusi barang, serta mendukung sektor pariwisata.
Dengan reaktivasi jalur kereta api ini, masyarakat di Banten Selatan akan mendapatkan kemudahan akses transportasi yang lebih baik, sekaligus mengurangi ketergantungan pada moda transportasi darat yang sering mengalami kemacetan.
“Jalur ini akan berperan krusial dalam mendukung mobilitas masyarakat serta memperlancar distribusi barang. Kami berharap dengan adanya kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat, proses reaktivasi akan berjalan lancar,” kata Ferdian kepada awak media belum lama ini.
Namun, seiring perkembangan moda transportasi lain, jalur ini ditutup pada tahun 1984. Meskipun demikian, harapan untuk menghidupkan kembali jalur kereta api ini tidak pernah padam. Sejak beberapa tahun terakhir, wacana untuk reaktivasi jalur Rangkasbitung-Labuan semakin menguat, terutama dengan dukungan pemerintah.
Pada 25 Juli 2019, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) menginisiasi proses reaktivasi jalur untuk segmen I Rangkasbitung-Pandeglang. Sayangnya, rencana ini terhambat oleh pandemi COVID-19. Namun, saat ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali menegaskan komitmennya terhadap proyek ini dan pentingnya untuk merealisasikannya.
Kehadiran kembali jalur-jalur kereta api yang telah lama hilang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan aksesibilitas, terutama di daerah-daerah yang selama ini terisolasi. Dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, masa depan kereta api di Indonesia diharapkan semakin cerah.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait