NEW YORK, iNewsPandeglang.id - Pelaku penembakan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat kampanye Pilpres AS 2024 di Butler, Pennsylvania, diidentifikasi sebagai Thomas Matthew Crooks. Menurut laporan The New York Post, Minggu (14/7/2024), Crooks merupakan warga Bethel Park, Pennsylvania, dan seorang pendukung Partai Republik, partai yang juga didukung oleh Trump. FBI telah mengonfirmasi keterlibatan Crooks dalam penembakan ini.
Insiden ini menimbulkan banyak pertanyaan, terutama bagaimana seorang pendukung Trump bisa melakukan aksi kekerasan terhadapnya. Apakah ada motif tersembunyi di balik tindakan Crooks, atau apakah ada faktor lain di balik insiden mengejutkan ini?. Penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwenang diharapkan dapat mengungkap kebenaran atas aksi di balik ini.
Penembakan terjadi enam menit setelah Trump memulai pidatonya di acara kampanye. Crooks, yang berada di atap sebuah pabrik sekitar 150 meter dari lokasi kampanye, menembak Trump dengan senapan AR. Peluru menembus telinga kanan Trump, menyebabkan luka ringan dan pendarahan. Trump segera diungsikan oleh agen-agen Dinas Rahasia yang berada di lokasi.
Setelah penembakan, agen Dinas Rahasia segera mengidentifikasi posisi Crooks dan menindak tegas dengan menembak mati pelaku. Sniper Dinas Rahasia yang berada di atap gedung berlawanan dengan posisi Crooks berhasil menembak pelaku dengan tepat.
FBI memimpin penyelidikan kasus ini dan mengonfirmasi bahwa Crooks terlibat dalam penembakan Trump. Namun, motif di balik aksi Crooks masih belum jelas. Berdasarkan data dari daftar pemilih Pennsylvania, Crooks diketahui sebagai pendukung Partai Republik, menambah kebingungan mengenai alasan ia menargetkan Trump.
Setelah insiden tersebut, Trump tetap menunjukkan ketegaran dengan berteriak "Fight, fight, fight!" kepada para pendukungnya sebelum dibawa keluar dari lokasi. Penembakan ini terjadi hanya dua hari sebelum penetapan resmi Trump sebagai calon presiden dari Partai Republik.
Kasus ini menambah daftar panjang kekerasan terhadap presiden dan calon presiden di Amerika Serikat, dan penyelidikan terus berlanjut untuk mengungkap lebih lanjut motif serta latar belakang pelaku.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait