LEBAK, iNewsPandeglang.id - Kota Rangkasbitung merupakan ibu kota Kabupaten Lebak, Banten. Kota yang berada tidak jauh dari ibu kota Jakarta ini terkenal dengan sejarahnya, bahkan kini perekonomian semakin maju dan modern di kota ini layaknya kota metropolitan.
Namun, di balik kemajuannya saat ini ternyata kota tersebut juga memiliki asal-usulnya tersendiri. Sama halnya seperti daerah-daerah lain di Indonesia menyimpan sejarah yang sangat penting untuk diketahui.
Dikutip iNewsapandeglang.id dari berbagai sumber, Jumat (13/10/2023), Rangkasbitung merupakan dua buah kata yang memiliki arti yang berbeda. Kata ‘Rangkas’ bermakna Patah, dan ‘Bitung’ mempunyai arti satu rumpun bambu. Kemudian terciptalah nama Rangkasbitung yang hingga saat ini penyebutan nama tersebut masih dipakai.
Usut punya usut, konon pada zaman dahulu di wilayah tersebut terdapata banyak rumpun bambu, bahkan ada yang tumbuh sangat besar. Warga menyebutnya dengan nama Awi Bitung (Bambu Bitung).
Kondisi tumbuhan tersebut banyak dimanfaatkan warga dan dijadikan sebagai mata pencaharian. Awi Bitung diolah menjadi bahan anyaman, peralatan rumah tangga, dan lainnya.
Karena merasa bermanfaat untuk masyarakat, kemudian masyarakat pun mulai mengkramatkan awi/bambu tersebut. Disebut-sebut warga mulai menyembah dan memberikan sesajen dalam Awi Bitung ini.
Alkisah, pada suatu hari ketika itu datanglah seorang ulama ke wilayah Awi Bitung. Dia merasa kaget melihat para penduduk menyembah serumpun bambu ini. Lalu, ulama ini menasihati warga supaya jangan melakukan hal itu karena tindakan ini adalah musyrik.
Kemudian ulama tersebut mengajarkan bahwa hanya Allah lah yang layak dan wajib untuk disembah. Namun para warga tidak terima dengan nasihat ulama tersebut hingga para masyarakat pun malah mengusirnya dengan cara yang kasar dan pergi meninggalkan masyarakat tersebut.
Usai kepergian ulama itu, tiba-tiba muncul angin dengan sangat kencang dan berputar semakin keras hingga memporak-porandakan wilayah ini. Warga masyarakat saat itu panik dan ketakutan, terjangan angin kencang akhirnya itu mematahkan Awi Bitung tersebut.
Tidak hanya itu, hembusan aing yang sangat kencang, membuat rumah milik warga roboh. Selain itu banyak juga warga yang meninggal dunia tertimpa bangunan rumah.
Tak tega melihat situasi masyarakat banyak yang mati dan rumah mereka semuanya roboh. Ulama yang diusir tersebut pun mulai membangun kembali perkampungan baru di wilayah tersebut.
Dia kemudian mendirikan pesantren dan mengajarkan agama agar prilaku musyrik seperti menyembah Awi Bitung tidak terulang kembali. Untuk mengingat peristiwa ini maka kampung itu dinamakan Rangkasbitung.
Demikian sejarah singkat nama Kota Rangkasbitung, setiap peristiwa yang terjadi itu merupakan sebuah pelajaran terhadap masyarakat agar kembali ke jalan Allah, dan jangan pernah menyembah selain kepada Allah SWT.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait