Beruntung di saat situasi genting itu, akhirnya ia mendapatkan pendonor darah untuk isterinya. “Alhamdulillah karena kondisi saat itu istri saya sangat membutuhkan darah ada dapat dari PMI. Nah dari situ awalnya mendirikan KSSD, Alhamdulillah hingga saat ini sudah ada 7 lokasi KSSD di kabupaten/kota di Banten," ungkap Ais.
Sejak berdiri hingga saat ini, KSSD tak henti untuk terus menghimpun para pendonor darah. KSSD juga diakuinya, sangat concern untuk mencarikan pendonor darah untuk anak-anak penderita talasemia, pasien cuci darah, dan pendampingan pasien.
"KSSD lebih untuk menyumbangkan tenaga untuk masyarakat yang kesusahan. Kalau anak penderita talasemia itu juga kami dari komunitas benar-benar mencarikan pendonor sekarang yang di Lebak komunitas di pendonor sudah ada 137 orang," katanya.
Bicara mengenai pasien talasemia, Ais mengaku pernah mengalami kisah yang membuatnya bertekad untuk terus lebih sigap agar dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa, khususnya anak-anak penderita talasemia.
“Jangan sampai terulang seperti tahun kemarin. Ada anak bayi kembar Dana Dani yang mengidap talasemia tidak tertolong. Gak bisa transfusi darah sampe meninggal. Kami mendapat info sudah meninggal. Adiknya meninggal jam 7 pagi dan kakaknya meninggal jam 10 siang,” tuturnya dengan nada sesal.
Selain itu tutur Ais dengan masih nada sedih, selain terkendala oleh ketiadaan pendonor darah yang akhirnya membuat kedua balita kembar itu tak tertolong adalah disebabkan oleh ketiadaan ongkos perjalanan dari rumah menuju rumah sakit. “Setelah meninggal baru cerita ke kami. Nah jangan ada seperti itu lagi saya dengarnyapun sedih dan miris," ucapnya tak bisa menyembunyikan tangis kesedihan.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait