LEBAK, iNewsPandeglang.id - Kiprah pegiat sosial selalu mewarnai sejarah dari generasi ke generasi, mereka hadir ikhlas memberi tanpa mengharap kembali. Mereka tampil sebagai relawan yang selalu mengajarkan tentang arti ketangguhan semangat dalam berjuang menjalani segala tantangan hidup tanpa kenal lelah dan putus asa. Seperti sosok Ais Palet, Ketua Komunitas Salam Setetes Darah (KSSD) Banten yang selalu getol menginisiasi berbagai aksi peduli sesama.
Pemuda kelahiran Lebak, Banten ini tak kenal lelah mendermakan baktinya untuk kehidupan orang lain, bahkan orang-orang yang tidak ia kenal sama sekali. Atas nama kemanusiaan, ia bersama KSSD, komunitas yang dirintisnya, Kang Ais demikian ia akrab disapa, bahu membahu mengumpulkan setetes demi setetes darah untuk membantu sesama yang tengah berjuang antara hidup dan mati.
Kepada iNewsPandeglang.id, secara ekslusif, Kang Ais mengisahkan awal mula ketertarikannya terhadap dunia sosial. Semua berawal sejak delapan tahun yang lalu, waktu ketika ia bergabung dengan sebuah club atau komunitas motor di Banten yang gemar melakukan bakti sosial setiap tahunnya. Dari situlah, kata Ais, hatinya tergerak untuk terjun menjadi seorang relawan kemanusiaan dan terus ia jalani hingga hari ini.
Komunitas Salam Setetes Darah (KSSD) Banten dalam aksi sosial donor darah secara rutin bersama PMI di wilayah Banten. Foto dok pribadi
"Waktu itu setiap tahun ada bakti sosial, seperti kepedulian anak yatim, jompo, pondok pesantren, sarana ibadah, bencana. Nah, di situ di komunitas motor belajar dan gabung dengan relawan-relawan yang ada di Banten," ujarnya belum lama ini.
Sejak saat itu, berbagai kegiatan sosial mulai ia ikuti, dari mulai kepedulian terhadap kesehatan maupun bencana alam.
Adapun awal kisah berdirinya Komunitas Salam Setetes Darah (KSSD) diakuinya berawal ketika sang isteri melahirkan dan kesulitan mencari pendonor darah karena pada saat itu sedang pandemi Covid-19 merebak. “Setelah isteri melahirkan susah mendapatkan darah karena kondisi pandemi Covid 19, stok darah di PMI itu kosong ditambah standar operasional procedure (SOP) PMI waktu itu diwajibkan keluarga pasien membawa pendonor,” tutur ayah 4 anak itu.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait