LEBAK, iNewsPandeglang.id.- Sudah puluhan tahun lamanya warga Desa Barunai, Kecamatan Cihara, Lebak, Banten, mendambakan jalan desa yang layak untuk bisa di lalui kendaraan. Sebanyak 2.880 jiwa harus bertaruh nyawa melintasi jalan yang rusak dan terancan longsor.
Belum lagi, jika ada warga yang sakit dan harus dibawa ke puskesmas. Warga terpaksa membawa pasien dengan menggunakan tandu dan kain sarung, agar sampai ke Puskesmas. Para petani terpaksa memanggul hasil panennya untuk sampai ke jalan raya agar bisa di bawa oleh pembeli.
Guna memperbaiki sarana jalan, warga bergotong royong mengumpulkan uang dengan menabung Rp. 10.000 setiap bulan. Dengan di koordinir pihak desa, dana yang terkumpul dijadikan bahan untuk membelikan semen, untuk pengerasan jalan. Sementara pasir dan bebatuan, warga dapat mengumpulkannya dari sungai yang ada di desa mereka.
Eman (40 thn), warga sekitar mengaku prihatin dengan nasib mereka yang setiap hari harus berjibaku dengan jalan berlumpur, akibat tanah merah di guyur hujan. Belum lagi akibat putusnya jembatan yang membuat sebelas kampung sulit beraktivitas.
“Kami mengumpulkan dana dari masyarakat, untuk memperbaiki jalan desa kami sendiri. Kami inginkan jalan yang layak, agar anak kami bisa nyaman pergi ke sekolah. Kami berutung memiliki pemimpin di desa kami yang perduli dengan nasib warganya,”ungkapnya.
Sejak tahun 2018, Hasan, selaku kepala Desa Barunai, berhasil membangun sepanjang lebih dari dua kilometer jalan di desa mereka. Jalan desa kini mulai ada pengerasan jalan yang dapat dilalui oleh warga.
“Seharusnya pembangunan jalan ini adalah tugas Pemerintah, kami disini merasa di anak tirikan. Kami yang tinggal di ujung selatan Kabupaten Lebak, tidak tinggal diam. Kami mengumpulkan dana termasuk saya yang harus menjual tanah saya demi kepentingan masyarakat, dalam hal pengerasan jalan,” pungkasnya.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait
