Geger di Lebak! Ratusan Siswa SMA Mogok Protes Dugaan Kekerasan, Kepala Sekolah Dinonaktifkan

LEBAK, iNewsPandeglang.id – Suasana di SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, mendadak memanas usai beredarnya kabar dugaan kekerasan yang melibatkan salah satu siswa dan kepala sekolah. Peristiwa itu disebut terjadi pada Jumat (10/10/2025) dan memicu aksi protes besar-besaran dari para siswa.
Ratusan siswa melakukan aksi mogok belajar untuk menyuarakan penolakan terhadap segala bentuk kekerasan di lingkungan pendidikan. Aksi yang berlangsung damai itu diwarnai teriakan dan yel-yel dari pelajar yang meminta keadilan bagi teman mereka.
Salah satu siswa, ILP, mengaku menjadi korban dalam kejadian tersebut. Ia mengaku awalnya ditegur karena diduga merokok di area sekolah, namun kemudian terjadi tindakan yang membuatnya terluka.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Cimarga, Dini Fitria, tidak membantah peristiwa itu. Ia menjelaskan bahwa tindakannya terjadi karena kesal saat memergoki siswa yang diduga melanggar aturan, namun tidak mau mengakui perbuatannya.
“Saya hanya bermaksud menegur karena siswa itu merokok di sekolah. Saya menyesal, dan tidak seharusnya melakukan hal itu,” kata Dini, Selasa (14/10/2025).
Meski demikian, Dini menegaskan pihak sekolah sebenarnya sudah berupaya menjaga situasi tetap kondusif pasca kejadian tersebut. Ia mengaku telah berkoordinasi dengan para wakil kepala sekolah dan guru untuk memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.
“Kita kan tugasnya melayani. Kita benar-benar melayani, kerja saja. Kemarin juga saya sudah koordinasi dengan Wakasek. Saya minta untuk jaga kondisi dan tetap jalankan KBM,” ujar Dini.
Namun, menurut Dini, aksi mogok belajar para siswa diduga tidak sepenuhnya murni. Ia mendapat informasi bahwa ada pihak lain yang memengaruhi situasi di sekolah. “Saya sih enggak mau apriori, tapi saya dapat bocoran-bocoran, ada backing di belakang ini. Enggak murni dari anak-anak,” ungkapnya.
Dini juga menyebut, berdasarkan data, sekitar 630 siswa ikut dalam aksi mogok tersebut. Sebagian siswa yang tetap masuk sekolah pun disebut melakukannya dalam tekanan sosial dari teman-temannya.
Selain itu, Dini mengaku terkejut dengan munculnya spanduk protes di lingkungan sekolah pada dini hari. Ia menegaskan tidak mengetahui siapa yang memasangnya.
“Saya panggil Satpam malam itu. Kata mereka, jam 12 belum ada spanduk. Tapi jam 5 pagi tiba-tiba sudah terpasang. Padahal setiap dua jam Satpam selalu lapor di grup,” jelasnya.
Editor : Iskandar Nasution