Puluhan Siswa SD di Pandeglang Keracunan! Diduga Usai Santap Makanan Bergizi Gratis, Ini Faktanya

PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - Sebanyak 28 siswa SD Negeri Alaswangi 2, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten mengalami dugaan keracunan makanan pada Kamis (20/2/2024). Mereka mengeluhkan sakit perut, mual, hingga diare setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah.
Satu siswa bahkan harus dilarikan ke Puskesmas Menes karena kondisinya cukup mengkhawatirkan. Sementara siswa lainnya mendapat perawatan medis untuk mencegah kondisi yang lebih buruk.
Insiden ini terjadi usai para siswa menyantap menu makan siang yang terdiri dari nasi, tumis ayam, tumis buncis tempe, dan semangka. Makanan ini merupakan bagian dari program MBG yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan asupan gizi mereka.
"Anak-anak mulai mengeluh sakit perut dan mual setelah makan. Kami langsung membawa mereka ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan," ujar Sariful Hayat, Kepala SDN Alaswangi 2 saat ditemui baru-baru ini.
Menanggapi kejadian ini, Humas Yayasan Dapur Umum, Anwar Noor, menjelaskan bahwa selama program MBG berlangsung, makanan yang disediakan selalu diawasi oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Selain itu, setiap menu yang akan disalurkan ke sekolah terlebih dahulu diambil sampelnya.
"Kami akan mengevaluasi menu makanan dalam program ini agar kejadian serupa tidak terulang kembali," kata Anwar.
Sampel makanan yang diduga menyebabkan keracunan telah diserahkan ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Pandeglang untuk diperiksa lebih lanjut. Hasil laboratorium akan menentukan apakah makanan tersebut benar-benar menjadi penyebab keracunan.
Sementara itu, pihak sekolah dan yayasan terus berupaya memastikan keamanan makanan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Program Makan Bergizi Gratis sejatinya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan siswa, sehingga pengawasan terhadap kualitas makanan harus lebih ketat ke depannya.
Editor : Iskandar Nasution